KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Sunday, October 13, 2019

IBADAH RAYA MINGGU, 25 AGUSTUS 2019




IBADAH RAYA MINGGU, 25 AGUSTUS 2019

KITAB WAHYU PASAL 11
(Seri: 03)

Subtema: BAIT SUCI ALLAH YANG DIUKUR

Shalom.
Selamat sore, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita, memenuhi tempat perhimpunan ibadah kita ini.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, dan hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video internet Youtube, Facebook, di manapun anda berada.
Selanjutnya mari kita dengan rendah hati memohon supaya Tuhan bukakan firman-Nya bagi kita, sehingga ibadah dan pelayanan yang kita kerjakan ini tidak menjadi sia-sia, air mata pengorbanan tidak menjadi sia-sia.

Segera saja kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari KITAB WAHYU.
Kitab Wahyu 11: 1
(11:1) Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.

Perhatikan kata-kata yang berikut: “Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya
Sedangkan alat yang digunakan sebagai pengukur ialah sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, jelas ini menunjuk kepada Firman Allah. Berarti, perasaan serta pikiran, hati manusia, bahkan pandangan dan pengertian manusia tidak dapat digunakan sebagai alat ukur, apalagi untuk hal-hal yang rohani atau perkara Ilahi, selain firman Allah yang kekal, inilah tongkat atau buluh pengukur yang sejati.

Pada minggu yang lalu, tongkat atau buluh pengukur tersebut telah diterangkan. Kita sudah menerima pemaparan tentang sebatang buluh, sebagai tongkat pengukur rupanya, dan semuanya masih teringat dengan jelas tentang apa yang saya sampaikan minggu lalu.

Sekarang kita akan melihat; Tiga hal yang diukur oleh firman Allah (buluh pengukur).
1.   Bait Suci Allah.
2.   Mezbah.
3.   Mereka yang beribadah di dalamnya.
Selanjutnya marilah kita berdoa dengan segala kerendahan hati untuk dapat melihat tentang tiga hal yang diukur oleh buluh pengukur tersebut.

I. BAIT SUCI ALLAH.
Di sini kita melihat, Tuhan terlebih dahulu mengukur Bait Suci Allah.
Pertanyaannya: Siapakah yang dimaksud dengan Bait Suci Allah tersebut?
Dengan sederhana kita akan mendapat jawaban dalam 1 Korintus 3: 16.

1 Korintus 3: 16
(3:16) Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?

Yang dimaksud dengan Bait Allah ialah kehidupan dari setiap pribadi umat Tuhan itu sendiri.
Kegunaan atau fungsi dari Bait Allah ialah tempat Roh Allah berdiam. Jelas ini menunjuk suatu kehidupan yang rohani atau manusia rohani, bukan lagi manusia duniawi. Sebab Roh Allah tidak mungkin berdiam di dalam kehidupan yang masih mempertahankan sifat manusia duniawi.

Biarlah kita terus berjuang melawan roh jahat dan roh najis, karena kita adalah Bait Allah, tempat Roh Allah berdiam. Pertahankan Roh Allah itu, karena Roh Allah adalah sesuatu yang berharga di dalam Bait Allah. Jangan karena sesuatu yang tidak suci, kita kehilangan sesuatu yang paling berharga dan mulia.
Saya tambahkan sedikit: seindah-indahnya Kerajaan Sorga tidak ada artinya kalau suatu takhta tidak terdiri di dalamnya. Demikian halnya kehidupan manusia sebagai Bait Allah; sekalipun mempunyai kedudukan yang tinggi, jabatan yang tinggi, pendidikan yang tinggi, punya harta dan kekayaan yang banyak, tetapi kalau sebuah takhta tidak terdiri di dalamnya, kehidupan semacam ini tidak ada artinya.
Itu sebabnya saya katakan: Harta yang berharga di dalam Bait Allah ialah Roh Allah itu sendiri.
Itu harus dipahami dengan baik. Kalau memang itu benar, berlakulah bijaksana, bersikaplah bijaksana, berpikirlah bijaksana demi terwujudnya pembangunan tubuh Kristus.

1 Korintus 3: 3-4
(3:3) Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi? (3:4) Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?

Manusia duniawi hidup secara manusiawi atau hidup menurut keinginan-keinginan daging yang jahat, dengan lain kata, Bait Allah (hidup) dibangun di atas dasar manusia daging.
Akibat yang terjadi kalau Bait Allah dibangun di atas dasar manusia daging: ada iri hati dan ada perselisihan.
Di dalam kehidupan manusia rohani tidak mungkin ada iri hati, tidak mungkin ada perselisihan, jikalau Roh Allah berdiam di dalam Bait Allah itu.

Iri hati dan perselisihan adalah sebuah tanda adanya perpecahan, atau belum terwujudnya kesatuan tubuh, dan itu bisa dilihat dari pengakuan mereka:
-       Ada yang mengaku dari golongan Paulus.
-       Ada yang mengaku dari golongan Apolos.
Seolah-olah anggota tubuh itu terpecah-pecah, terkotak-kotak, karena golongan ini dan golongan itu.

Ketika terjadi perpecahan, ketika terjadi pengkotak-kotakan karena mengikuti golongan ini atau golongan itu, maka Rasul Paulus berkata kepada mereka: “bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?

1 Korintus 3: 5-9
(3:5) Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. (3:6) Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. (3:7) Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. (3:8) Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. (3:9) Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.

Paulus menanam, Apolos menyiram, tujuannya: supaya gereja Tuhan menjadi percaya. Tetapi yang terpenting adalah Allah yang memberi pertumbuhan rohani dan yang sehat, sebab baik Apolos maupun Paulus adalah hamba-hamba Tuhan, mereka bukan Tuhan yang harus disembah.

Jangan kita mengkultuskan hamba Tuhan, dan berkata: Aku golongan si A, aku golongan si B, sehingga akhirnya terjadi perpecahan. Itu bukanlah manusia rohani, itu adalah manusia daging, manusia duniawi yang hidupnya bersifat manusiawi saja; pemikirannya manusiawi, pengertiannya manusiawi, hatinya juga manusiawi, belum dirubah menjadi manusia rohani, dan kehidupan semacam ini bukanlah Bait Allah, bukan tempat Roh Allah.
Jadi sekali lagi saya tandaskan: Fungsi dari Bait Allah adalah tempat Roh Allah berdiam, berarti; menjadi manusia rohani, tidak ada iri hati, tidak ada perselisihan, tidak ada perpecahan.

Pada ayat 9 dikatakan: “Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.
Paulus dan Apolos adalah kawan sekerja Alalh, tetapi sidang jemaat (gereja Tuhan) adalah bangunan Allah.

Kemudian, mari kita perhatikan Efesus 4.
Efesus 4: 15
(4:15) tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.

Bangunan Allah harus bertumbuh di dalam segala hal. Bangunan Allah itu harus mengalami pertumbuhan rohani di dalam segala perkara dan pertumbuhan rohani itu harus mengarah kepada Dia, yaitu Kristus yang adalah Kepala.
Jangan sampai pertumbuhan itu mengarah kepada yang lain-lain.

Kalau pertumbuhan itu mengarah kepada Dia, yaitu Kristus, yang adalah Kepala, mari kita perhatikan ayat 16.
Efesus 4: 16
(4:16) Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, -- yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota -- menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.

Di sini kita melihat: “Dari pada-Nyalah (yaitu Kristus, yang adalah Kepala) seluruh tubuh, -- yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu
Kalau terjadi pertumbuhan rohani yang sehat, maka bangunan itu rapi tersusun dan terwujudlah kesatuan tubuh, tidak terjadi perpecahan, tidak ada iri hati, tidak ada perselisihan antara yang satu dengan yang lain. Tidak ada blok A atau blok B, tidak ada blok-blokan dalam mengikuti Tuhan, dan tidak mengkultuskan seorang hamba Tuhan.

Efesus 2: 20-21
(2:20) yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. (2:21) Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.

Di dalam Dia, yaitu Kristus, tumbuh seluruh bangunan.
Apa tanda terjadinya pertumbuhan rohani yang sehat? Ada dua tanda:
1.    Rapi tersusun.
Bata di atas bata, semuanya rapi tersusun. Demikian halnya seorang imam di dalam melayani pekerjaan Tuhan; rapi tersusun, berarti;
-       bertanggung jawab di dalam pekerjaan-Nya, tidak lalai, tidak lupa, tidak ceroboh, saling mengingatkan satu dengan yang lain.
-       Kemudian, dalam setiap ungkapan-ungkapan atau kata-kata yang keluar dari mulut, semua rapi tersusun, berarti perkataan itu tidak murahan, tidak asal ngomong saja seenaknya, tidak bercanda berlebihan, sebab itu adalah perbuatan yang mendukakan Roh Kudus.
-       Kemudian solah tingkah, perbuatan, semuanya rapi tersusun.
-       Bahkan segala sesuatu yang melekat di dalam dirinya, semuanya rapi tersusun.
Kalau melayani dengan demikian rupa, maka semua pekerjaan itu akan berjalan dengan baik; tidak ada iri hati, tidak ada lagi perselisihan.
Maka di dalam hal mendengar firman Tuhan, cara duduk juga harus rapi tersusun, seperti yang tertulis dalam Lukas 8: 18, Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar.
2.    Menjadi Bait Allah yang kudus di dalam Tuhan.
Tuhan merindukan supaya kita semua hidup suci, hidup kudus dalam seluruh hidup ini. Hidup terdiri dari:
-       Hati, pikiran, perasaan, seluruhnya harus dalam kesucian.
-       Tubuh, jiwa dan roh, seluruhnya harus di dalam kesucian.

Dengan melihat dua tanda ini, maka kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa: Telah terjadi pertumbuhan rohani yang sehat, pertumbuhan dalam segala hal, dan pertumbuhan itu mengarah kepada Dia, yaitu Kristus Kepala.
Kehidupan yang semacam ini selalu memikirkan supaya terwujudnya kesatuan tubuh; tidak ada iri hati, tidak ada perselisihan, tidak ada perpecahan.

Efesus 2: 22
(2:22) Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.

Jika kesatuan tubuh Kristus terwujud, maka Roh Allah berdiam.
Roh Allah tidak akan berdiam jika ada iri hati dan perselisihan, jika ada sesuatu yang tidak suci. Tetapi kalau dibangun menjadi tempat kediaman Allah di dalam Roh, dengan kata lain tempat Roh Allah berdiam, itu karena telah terjadi kesatuan tubuh.

Mari kita memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah. Jangan kita memikirkan apa yang dipikirkan oleh manusia supaya kita jangan menjadi batu sandungan di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, jangan menjadi batu sandungan dan tersandung di dalam rangka pembangunan tubuh Kristus. Pikirkanlah apa yang dipikirkan oleh Allah.

1 Korintus 12: 12
(12:12) Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus.

Tubuh itu satu, sekalipun anggota-anggotanya banyak. Demikian pula Kristus adalah satu.
Kalau Kepala satu, maka tubuh-Nya pun harus satu, walaupun anggota-anggotanya banyak. Maka laki-laki tidak boleh menikah dua kali, demikian juga perempuan.

Kalau dalam hukum Taurat, di situ dikatakan:
1.     Jangan berzinah
2.     Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya.
Tetapi puji Tuhan, Yesus, Anak Allah telah menggenapi hukum Taurat, dan dalam penggenapan itu dikatakan:
1.     Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.
Hati-hati, baik yang laki-laki jangan sampai memandang dan menginginkan seorang perempuan di dalam hati, itu sudah berzinah. Sebaliknya perempuan juga harus menjaga diri, jangan mengundang keonaran, jangan sampai menunjukkan sesuatu kelemahan dari dalam dirinya, supaya jangan sama-sama bersalah, tetapi hukum Taurat ini harus digenapi.
2.     Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.
Berarti, tidak boleh berzinah = tidak boleh bercerai.

Kalau Kepala satu, maka tubuh juga satu. Hati kita dengan hati Tuhan sudah menyatu, sebab Kristus adalah Kepala Gereja.

1 Korintus 12: 13
(12:13) Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.

“Kita semua telah dibaptis menjadi satu tubuh”, dengan lain kata terwujudnya kesatuan tubuh Kristus yang sempurna, selanjutnya “kita semua diberi minum dari satu Roh”, artinya; rasa dahaga kita dipuaskan oleh karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh-El Kudus.
Sekalipun jabatan-jabatan dan karunia-karunia itu berbeda-beda, tetapi sumbernya dari Roh yang satu dan yang sama, itulah kelebihan jika ada kesatuan.

Ini harus diperhatikan; antara sesama pelayan-pelayan Tuhan, harus satu. Keluarga besar GPT “BETANIA” harus satu, jangan mau dipecahkan oleh roh najis dan roh jahat yang tersirat dalam hati pikiran, supaya kita diberi minum dari Roh yang satu dan yang sama, supaya kita boleh menikmati karunia-karunia, menikmati jabatan-jabatan Roh-El Kudus di tengah ibadah dan pelayanan ini, sampai akhirnya kita dipuaskan, rasa dahaga itu dipuaskan.

Perempuan Samaria, sebelum diberi minum dari satu Roh, dia tidak puas dengan satu laki-laki. Dia pernah hidup dengan lima laki-laki, bahkan yang ada sekarang padanya (pada saat perempuan Samaria bertemu dengan Yesus), bukanlah suaminya. Tetapi ketika dia diberi minum, dia meninggalkan tempayannya, meninggalkan kehidupan manusia daging (manusia duniawi yang hidup seperti manusiawi), dan menjadi kesaksian bagi seluruh Samaria, dia menceritakan betapa Yesus seorang nabi yang dapat menunjukkan dosa kejahatan dan kenajisannya, dan dia juga mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Kepala, Dialah Mesias.
Jelas ini adalah pertumbuhan rohani yang sehat. Bertumbuh dalam segala hal dan mengarah kepada Dia, Kristus, yang adalah Kepala.

Inilah Bait Allah yang dimaksud, yang diukur oleh sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya.
Kalau masih ada sesuatu yang jahat atau hal yang najis tersirat dalam hati dan pikiran, ia belum masuk dalam ukuran Tuhan, karena dia bukan tempat Roh Allah berdiam.

Terimalah apa yang sudah kita dengar. Lihat dan perhatikanlah dengan sungguh-sungguh, supaya kita menjalankan, mengusahakan dan memelihara ibadah ini tidak dengan sembarangan, tidak dengan sesuka hati, tidak seenak dewek.

Di atas saya sudah sampaikan: Pengertian manusiawi, pandangan manusiawi, perasaan manusiawi tidak bisa digunakan sebagai alat ukur bahwa kita sudah masuk dalam ukuran, tidak bisa. Yang menjadi alat ukur yang sejati ialah firman Allah, dan kita sudah melihat sebatang buluh itu, betul-betul menjadi saksi bisu dalam sengsara dan aniaya yang dialami oleh Yesus.

Tidak berhenti sampai di situ ...
1 Korintus 10: 16-17
(10:16) Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? (10:17) Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.

Roti adalah satu, maka kita sekalian, sekalipun anggota-anggota tubuh banyak adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.
Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel membawa kita kepada kesatuan tubuh, itulah yang disebut pembangunan tubuh Kristus yang sempurna. Di luar roti yang satu ini, tidak terwujud kesatuan tubuh.
Mengapa terwujud kesatuan tubuh? Karena kita menikmati roti yang satu, Firman Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel.

Roti yang satu ini tidak bisa ditawar-tawar. Banyak jenis roti buatan tangan tukang roti, tetapi supaya terwujudnya kesatuan tubuh, kita hanya harus menikmati roti yang satu itu.
Yesus Kristus adalah roti yang dipecah-pecahkan. Dia sudah memecah-mecahkan tubuh-Nya, menyerahkan segenap hidup-Nya di atas kayu salib sampai terwujudnya kesatuan tubuh, sebab ketika Yesus mati di atas kayu salib, tidak satu pun tulang-tulang-Nya yang dipatah-patahkan, artinya; tidak ada perpecahan di dalam anggota tubuh Kristus yang sempurna, jika kita benar-benar memikul salib-Nya.

Tadi malam, dalam kesempatan pemberitaan firman di tengah-tengah Ibadah Kaum Muda Remaja juga telah diterangkan bahwa: Mendapat upah yang besar (yang tanpa batas), berarti; melayani dengan upah tanpa batas di dalam Kerajaan Sorga sampai selama-lamanya, unlimited.
Kalau kita menikmati Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, sesuai Ibrani 8: 5, berarti ibadah dan pelayanan kita di muka bumi ini merupakan gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga.
Kita patut bersyukur kepada Tuhan, kita semua mendapat bagian dari roti yang satu itu. Tolak roti yang lain karena jenis roti yang lain tidak mengarah atau tidak membawa kita kepada kesatuan tubuh.

Yesus Barabas, itulah Yesus yang lain, tidak membawa kepada kesatuan tubuh, itu adalah roti asing. Wujudnya bisa dilihat dari pelayanan nabi-nabi palsu, itulah si pendusta. Karena mereka melayani dengan kelicikan, dengan cap mereka.

Dalam 1 Korintus 3: 3 dikatakan, “... kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi
Manusia duniawi, berarti bukan manusia rohani, sama artinya; bangunan itu dibangun di atas dasar manusia daging, ada iri hati, terjadi perselisihan, dan terjadi perpecahan.

Sekarang kita akan melihat bangunan yang didirikan di atas dasar yang benar.
1 Korintus 3: 10-12
(3:10) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.

Rasul Paulus berkata: “aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap
Musa juga ahli bangunan yang cakap, dia membangun Tabernakel (itulah yang disebut Tabernakel Musa) menurut contoh yang dia terima dari Allah di atas gunung Sinai. Dia arsiteknya, kemudian mempercayakan pembangunan itu kepada Bezaleel dan Aholiab, pribadi-pribadi yang penuh dengan Roh Tuhan, Roh keahlian.

Kita bersyukur, Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel akan membawa kita kepada kesatuan tubuh. Doakan terus supaya Tuhan hadir dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah, tampil sebagai Imam Besar, melayani dan berdoa untuk membangun hidup rohani kita masing-masing, Dia ahli bangunan yang luar biasa, tidak ada tandingannya, melebihi dari semua ahli bangunan.

1 Korintus 3: 11-12
(3:11) Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. (3:12) Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami,

Kita melihat: Dasar bangunan itu telah diletakkan, sesuai dengan pengakuan dari Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus. Yang menjadi dasar bangunan di sini adalah korban Kristus
Jadi, berbanding terbalik dengan 1 Korintus 3: 3-4, di mana dasar bangunannya ialah manusia duniawi, daging dengan segala keinginannya.

Dasar bangunan yang telah diletakkan itulah korban Kristus, sehingga masing-masing (tiap orang) akan membangun hidupnya di atas dasar yang sudah diletakkan itu. Adapun jenis bangunan di sini ada dua.
-       Yang pertama: Dibangun dengan emas, perak, batu permata.
-       Yang kedua: Dibangun dengan kayu, rumput kering atau jerami.
Dasarnya sudah benar dan tepat, tetapi jenis bangunannya yang salah kalau bangunan itu dibangun (terbuat) dari kayu, rumput kering dan jerami.

1 Korintus 3: 13
(3:13) sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. (3:14) Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. (3:15) Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.

Setiap bangunan yang didirikan di atas dasar korban Kristus, harus melewati ujian, tidak ada seorang pun yang luput dari ujian, sebab hari Tuhan akan nampak bagaikan api, dan pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu.

Kalau jenis bangunan itu terbuat dari “kayu, rumput kering dan jerami”, otomatis jenis bangunan ini akan terbakar hangus dan mendapat kerugian.
-       Kayu menunjuk manusia daging.
-       Rumput kering menunjuk kerohanian yang kering-kering, sama artinya hidup tanpa persekutuan dengan Kristus, yang adalah Kepala. Seperti ranting menjadi kering kalau tidak melekat pada pokok anggur yang benar, dan ranting kering itu sudah dekat dengan api.
-       Jerami, sepertinya tumbuh berdaun hijau, tetapi tidak menghasilkan buah.
Tuhan menanti-nantikan buah, sama seperti satu pohon ara berada di tengah ladang anggur. Buah dari pohon ara ini sangat didambakan oleh Tuhan. Sebetulnya pohon ara ini sudah tiga tahun tidak berbuah, tetapi para pekerja-pekerja di ladang kebun anggur itu memohon diberi kesempatan satu tahun lagi. Pekerja-pekerja itu akan membersihkannya, dicangkul dan diberi pupuk. Artinya Tuhan sangat mendambakan buah-buah pelayanan kita semua.
Kita ini bagaikan pohon ara di tengah ladang anggur, selagi Tuhan memberi kesempatan, Tuhan menantikan buah-buah yang manis untuk dapat dicicipi dan dinikmati, lewat ibadah dan pelayanan kita kepada Tuhan.

Yang benar adalah: Jenis bangunan yang terbuat dari emas, perak dan batu permata.

Keluaran 26: 15-30
(26:15) Haruslah engkau membuat untuk Kemah Suci papan dari kayu penaga yang berdiri tegak, (26:16) sepuluh hasta panjangnya satu papan dan satu setengah hasta lebarnya tiap-tiap papan. (26:17) Tiap-tiap papan harus ada dua pasaknya yang disengkang satu sama lain; demikianlah harus kauperbuat dengan segala papan Kemah Suci. (26:18) Haruslah engkau membuat papan-papan untuk Kemah Suci, dua puluh papan pada sebelah selatan. (26:19) Dan haruslah kaubuat empat puluh alas perak di bawah kedua puluh papan itu, dua alas di bawah satu papan untuk kedua pasaknya, dan seterusnya dua alas di bawah setiap papan untuk kedua pasaknya. (26:20) Juga untuk sisi yang kedua dari Kemah Suci, pada sebelah utara, kaubuatlah dua puluh papan (26:21) dengan empat puluh alas peraknya: dua alas di bawah satu papan dan seterusnya dua alas di bawah setiap papan. (26:22) Untuk sisi belakang Kemah Suci, pada sebelah barat, haruslah kaubuat enam papan. (26:23) Dua papan haruslah kaubuat untuk sudut Kemah Suci, di sisi belakang. (26:24) Kedua papan itu haruslah kembar pasaknya di sebelah bawah dan seperti itu juga kembar pasaknya di sebelah atas, di dekat gelang yang satu itu; demikianlah harus kedua papan itu; haruslah itu merupakan kedua sudutnya. (26:25) Jadi harus ada delapan papan dengan alas peraknya: enam belas alas; dua alas di bawah satu papan dan seterusnya dua alas di bawah setiap papan. (26:26) Juga haruslah kaubuat kayu lintang dari kayu penaga: lima untuk papan-papan pada sisi yang satu dari Kemah Suci, (26:27) lima kayu lintang untuk papan-papan pada sisi yang kedua dari Kemah Suci, dan lima kayu lintang untuk papan-papan pada sisi Kemah Suci yang merupakan sisi belakangnya, pada sebelah barat. (26:28) Dan kayu lintang yang di tengah, di tengah-tengah papan-papan itu, haruslah melintang terus dari ujung ke ujung. (26:29) Papan-papan itu haruslah kausalut dengan emas, gelang-gelang itu haruslah kaubuat dari emas sebagai tempat memasukkan kayu-kayu lintang itu, dan kayu-kayu lintang itu haruslah kausalut dengan emas. (26:30) Kemudian haruslah kaudirikan Kemah Suci sesuai dengan rancangan yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu.

Pada saat kemah suci didirikan dari (Ruangan Suci sampai Ruangan Suci), ada dua hal yang kita perhatikan:
YANG PERTAMA: Papan-papan jenang berdiri tegak dengan alas perak.
Kemah suci terdiri dari papan-papan jenang;
-       Panjangnya 10 (sepuluh) hasta.
-       Lebarnya 1.5 (satu setengah) hasta.
Kemudian, papan-papan jenang in berdiri tegak dengan alas perak, ini menunjuk kepada kehidupan yang sudah mengalami ketebusan (berdiri tegak di dalam kebenaran), sehingga papan-papan jenang itu menyatu satu dengan yang lain.
Hal ini harus kita perhatikan dengan sungguh-sungguh: Pendirian kita tidak boleh goyah, tidak boleh berlaku timpang dan tidak bercabang hati. Ini yang harus diperhatikan terlebih dahulu sehingga antara satu papan jenang dengan papan jenang yang lain, semua berdiri tegak dan menyatu.

Lalu kemudian ada lima kayu lintangnya, yang satu dari ujung ke ujung, sedangkan kayu lintang yang di tengah-tengah papan-papan itu melintang terus dari ujung ke ujung, itulah korban Kristus.
Kesimpulannya; papan-papan jenang ini diikat oleh kasih Allah, menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Lima kayu lintang pada papan-papan jenang -> Korban Kristus.



Pada saat kemah suci didirikan (Ruangan Suci sampai Ruangan Suci), ada dua hal yang kita perhatikan:
YANG KEDUA: Papan-papan jenang disalut dengan emas.
Emas menunjuk kesucian dan kemurnian Ilahi.
Kayu penaga menunjuk manusia daging.

Dengan demikian, terlihatlah keberadaan kemah suci ini, dari Ruangan Suci sampai Ruangan Maha Suci.
Biarlah kita semua menjadi Bait Allah, tempat Roh Allah berdiam, bagaikan papan-papan jenang berdiri di atas ketebusan, di atas kebenaran firman, yang disalut dengan kesucian dan kemurnian Ilahi. Dan papan jenang itu diikat oleh lima kayu lintang, yang satu dari ujung ke ujung, itulah kasih Allah yang mempersatukan, sehingga menjadi tempat Roh Allah berdiam.

Sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini adalah perjamuan kawin Anak Domba.
Dalam kitab Wahyu, ada dua pesta, yang pertama; Pesta nikah Anak Domba dan yang kedua; pesta burung-burung. Tetapi biarlah kita kelak berada dalam pesta nikah Anak Domba, sebagai bentuk terwujudnya kesatuan tubuh. Inilah Bait Allah yang diukur oleh buluh pengukur itu.

Kita sudah melihat bahwa yang diukur oleh buluh pengukur adalah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.
Kita melihat itu begitu tingginya, karena tiga perkara ini adalah perkara yang sangat tinggi dan berada di tempat yang tinggi. Barangkali kita berpikir: Apa mungkin kita bisa menjangkau tempat yang tinggi, sekaligus berada di tempat yang tinggi? Memang saat ini kita belum sempurna, tetapi tidak boleh putus asa, karena Firman Allah menjadikan yang tidak ada menjadi ada.
Tidak boleh putus harap dengan berkata: Apa aku bisa sempurna?, jawabnya: Bisa.

Yesaya 57: 14-15
(57:14) Ada yang berkata: "Bukalah, bukalah, persiapkanlah jalan, angkatlah batu sandungan dari jalan umat-Ku!" (57:15) Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: "Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk.

angkatlah batu sandungan dari jalan umat-Ku!” Memang seolah-olah kita tidak sanggup menjangkau tempat yang tinggi yang begitu sempurnanya, tetapi jangan putus harap, tidak usah putus asa.
Tuhan bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus, tetapi Dia merendahkan diri sampai turun ke dunia orang mati untuk menghampiri dan menjangkau kehidupan kita yang belum sempurna ini, supaya kelak kita berada di tempat yang tinggi, diukur oleh Tuhan.
Tetapi dengan dua syarat:
1.     Remuk hati, ini jelas berbicara tentang sangkal diri, pikul salib di tengah ibadah pelayanan dalam mengikuti Tuhan.
2.     Rendah hati. Biarlah kita datang menghadap takhta kasih karunia dengan segala kerendahan hati. Kalau masih terdapat kesalahan, lalu koreksi dari firman datang menghampiri, terimalah dengan rendah hati, supaya Tuhan menjangkau kita di tempat yang hina ini.
Itulah syarat mutlak yang harus kita perhatikan. Memang sangat sukar sepertinya, kalau menggunakan logika, tetapi jangan putus asa, tidak perlu pesimis, tidak perlu kecil hati, jangan minder.

Kita berdoa, supaya Tuhan kembali membukakan firman-Nya. Saya merindu supaya Bait Allah ini juga boleh kita nikmati lagi pembukaannya di minggu yang akan datang. Doakan, supaya Tuhan terus bukakan firman Allah.
Yang pertama diukur adalah Bait Suci Allah. Siapa Bait Suci? Itulah kehidupan umat manusia, gereja Tuhan. Apa fungsinya? Tempat Roh Allah berdiam, berarti; manusia rohani. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment