KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Thursday, October 10, 2019

IBADAH RAYA MINGGU, 18 AGUSTUS 2019



IBADAH RAYA MINGGU, 18 AGUSTUS 2019

KITAB WAHYU PASAL 11
(Seri: 02)

Subtema:  SEBATANG BULUH SEBAGAI TONGKAT PENGUKUR

Shalom.
Selamat sore, salam sejahtera bagi kita sekaliannya. Oleh karena kemurahan Tuhan, kita diperkenankan untuk mengusakan Ibadah Raya Minggu.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan bahkan hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada. Kita berdoa, kita memohon dengan segala kerendahan hati, kiranya Tuhan membukakan rahasia firman-Nya kepada kita sore hari ini.

Segera saja kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari KITAB WAHYU.
Wahyu 11: 1
(11:1) Kemudian  diberikanlah  kepadaku  sebatang  buluh,  seperti  tongkat  pengukur  rupanya,  dengan  kata-kata  yang  berikut:

"Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.
Perhatikan kalimat: “Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya”.
Berarti, yang diukur oleh Tuhan ada tiga, yaitu:
1.     Bait Suci Allah.
2.     Mezbah.
3.     Mereka yang beribadah di dalamnya.

Tetapi sebelum kita melihat tiga perkara yang diukur oleh Tuhan ini, terlebih dahulu kita melihat dan memperhatikan alat yang yang digunakan sebagai pengukur, itulah sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, jelas ini menunjuk kepada firman Allah.
Berarti, perasaan serta pikiran hati manusia, bahkan pandangan dan pengertian manusia tidak dapat digunakan sebagai pengukur tiga hal di atas tadi, karena semuanya itu hanyalah bersifat sementara, dengan lain kata berubah-ubah, sehingga tidak bisa menjadi jaminan, sama artinya alat ukur yang tidak akurat.
Tongkat pengukur yang benar ialah firman Allah, yaitu sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya.

Kita lihat TONGKAT PENGUKUR di sini, dari SEBATANG BULUH.
Matius 27: 27-31
(27:27) Kemudian serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. (27:28) Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. (27:29) Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai raja orang Yahudi!" (27:30) Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya. (27:31) Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar untuk disalibkan.

Sebatang buluh di tangan kanan-Nya yang diberikan oleh serdadu-serdadu itu menjadi saksi bisu terhadap sengsara salib atau penderitaan yang hebat yang dialami oleh Yesus Kristus.

Hal-hal yang terjadi setelah sebatang buluh ada di tangan kanan Yesus.
-          Yang Pertama: Prajurit-prajurit berlutut di hadapan Dia dan mengolok-olok Dia dengan berkata: “Salam, hai raja orang Yahudi!
-          Yang Kedua: Serdadu-serdadu itu meludahi muka Yesus.
-          Yang Ketiga: Serdadu-serdadu itu mengambil buluh itu lalu digunakan untuk memukul kepala Yesus.
Inilah yang terjadi setelah serdadu-serdadu itu memberikan sebatang buluh di tangan kanan-Nya, sehingga jelas di sini, bahwa yang menjadi saksi bisu atas sengsara salib atau penderitaan hebat yang dialami Yesus adalah sebatang buluh.

Tetapi sebelum sebatang buluh itu ada di tangan kanan-Nya, serdadu-sedadu itu menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya.
Artinya; sebelum mengalami sengsara salib, sebelum mengalami penderitaan yang hebat, terlebih dahulu (diawali) dengan pemikiran salib, dengan lain kata; seluruh alam pemikiran ini dikuasai oleh kasih Allah, sebab Yesus adalah hamba Tuhan, Dia harus memaklumkan hukum-hukum atau menyatakan kebenaran itu kepada bangsa-bangsa.

Matius 12: 18-20
(12:18) "Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa. (12:19) Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan. (12:20) Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang.

Yesus, Anak Allah, adalah hamba Tuhan, sebab tanda-tandanya jelas terlihat:
1.   Yang dipilih oleh Allah.
2.   Yang dikasihi oleh Allah.
3.   Kepada-Nya Allah berkenan.
4.   Roh Tuhan ada pada-Nya.
Tanda-tanda ini harus dimiliki oleh seorang hamba Tuhan, seorang imam, seorang pelayan Tuhan.
Kalau dia adalah seorang hamba Tuhan, maka tanda-tanda hamba Tuhan harus terlihat dalam dirinya. Kalau dia adalah seorang imam, maka tanda-tanda seorang imam juga harus terlihat di dalam dirinya. Kalau dia adalah seorang pelayan Tuhan, maka tanda-tanda seorang pelayan harus terlihat di dalam dirinya.

Tugas Yesus sebagai hamba Tuhan (hamba kebenaran) ialah untuk memaklumkan atau menyatakan kebenaran itu kepada bangsa-bangsa, sehingga ketika kebenaran itu dinyatakan kepada bangsa-bangsa, maka dua hal terjadi:
1.     “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya. Tuhan memberi jalan keluar bagi mereka yang menghadapi jalan buntu, bagi mereka yang putus asa.
2.     Sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya.” Tuhan memberi pengharapan baru kepada mereka yang sudah habis
pengharapan.
Dengan demikian, Ia menjadikan hukum (kebenaran) itu menang.

Syarat bagi hamba Tuhan saat memaklumkan hukum itu sampai menang.
1.     Ia tidak akan berbantah.
2.     Ia tidak akan berteriak.

Keterangan: IA TIDAK AKAN BERBANTAH.
Menunjukkan bahwa; Yesus tidak membalas kejahatan kepada orang yang berbuat kejahatan, tidak berbantah-bantah, sebaliknya Yesus harus menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung, sama artinya menggenapi hukum Taurat itu di dalam diri-Nya.

Matius 5: 17
(5:17) "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.

Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi, melainkan untuk menggenapinya.
Pada minggu yang lalu: Oleh karena korban Kristus dan darah Kristus, dosa kita disucikan, dosa kita diampuni, maka tergenapilah hal naungan, yaitu tutupan grafirat itu diletakkan di atas peti dari tabut perjanjian, sehingga dua saksi yang besar, itulah dua kerubium di atas tutupan grafirat itu, tidak lagi melihat Taurat dan hukum, tidak lagi melihat kekurangan-kekurangan, tidak lagi melihat segala kelemahan-kelemahan dan cacat cela dari gereja Tuhan, melainkan hanya melihat tujuh kali percikan di atas tutupan grafirat itu, sebab darah Yesus dan korban Kristus telah terjadi, telah menyucikan kehidupan gereja Tuhan.

Kita bersyukur, berterima kasih kepada Yesus Kristus, Dialah Imam Besar Agung yang sudah mengadakan pendamaian terhadap dosa kita masing-masing. Hal naungan itu telah tergenapi.
Kita tidak bisa bergantung kepada hukum Taurat. Hukum Taurat tidak bisa dijadikan sebagai naungan untuk menutupi dosa kita,
maka Dia datang untuk menggenapi hukum Taurat.
Kelemahan dari hukum Taurat adalah:
1.     Menunjuk-nunjuk dosa.
2.     Tidak mengampuni dosa.
Kalau kita menjalankan ibadah yang pertama (ibadah Taurat), maka ibadah yang kita jalankan bersifat lahiriah, yaitu: mulut memuliakan Tuhan tetapi hatinya jauh dari Tuhan = mempersembahkan tubuh jasmani di tengah ibadah dan pelayanan tetapi manusia batiniahnya tidak dipersembahkan kepada Tuhan.
Maka segala kelemahan-kelemahan dari hukum Taurat dan ibadahnya bukan untuk dihapuskan, tetapi harus digenapi. Segala kekurangan-kekurangan kita harus ditanggung-Nya di atas kayu salib; tidak membalas kejahatan kepada orang yang jahat, tidak berbantah-bantah, tetapi harus digenapi di atas kayu salib.

Bukti penggenapan terhadap hukum Taurat.
YANG PERTAMA.
Matius 5: 21-22
(5:21) Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. (5:22) Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.

Menurut HUKUM TAURAT: “Jangan membunuh.” Barangsiapa membunuh harus dihukum.
PENGGENAPANNYA:
-        Setiap orang yang “marah” kepada sesamanya harus dihukum.
-        Berkata “kafir” kepada sesamanya diperhadapkan kepada Mahkamah Agama.
-        Berkata “jahil” kepada sesamanya, dilemparkan ke dalam api neraka.
Itulah penggenapan dari “Jangan membunuh”.

Matius 5: 23-24
(5:23) Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, (5:24) tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.

Oleh sebab itu, jika seorang pelayan Tuhan mempersembahkan persembahannya di atas mezbah, dan apabila ia teringat sesuatu yang ada di dalam hati saudaranya terhadap dia, maka ia harus meninggalkan persembahannya di depan mezbah itu, lalu pergi berdamai dengan saudaranya itu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahannya itu.
Artinya, “sebelum melayani Tuhan terlebih dahulu berdamai dengan sesama”, supaya jangan sampai ada ganjalan-ganjalan di hati sesama kita, jangan kita menjadi sandungan-sandungan di hati sesama, sementara kita melayani Tuhan Yang Mulia di tempat kudus.

Matius 5: 25
(5:25) Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.

Mengapa harus berdamai terlebih dahulu? Supaya jangan terlebih dahulu kita diserahkan kepada hakim, artinya; jangan sampai terjadi peradilan yang bukan berasal dari Allah. Karena kalau hal itu terjadi, maka hakim itu akan menyerahkan kepada pembantunya dan akan dilemparkan ke dalam penjara. Ini adalah suatu kerugian.
Dipenjara, berarti; terikat terus dengan suatu masalah. Melayani dalam keadaan terpenjara, melayani dalam keadaan terkurung, melayani dalam keadaan terikat (terbelenggu) dosa kejahatan dan kenajisan, ini adalah masalah besar, yang menjadi ganjalan-ganjalan, yang menjadi batu sandungan di hati sesama.
Jadi sudah benar, kalau merasa diri belum layak, turun dulu dari pelayanan. Saya tidak menurunkan, tetapi kalau merasa tidak layak, kalau masih terikat (terkurung) dosa kejajatan dan kenajisan sehingga menjadi sandungan di hati sesama, boleh turun dulu.

Matius 5: 26
(5:26) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.

Seseorang tidak akan keluar dari masalahnya sebelum ia membayar hutangnya sampai lunas. Sebelum ia berdamai dengan sesamanya, ia tetap menjadi ganjalan dan sandungan. Oleh sebab itu, berilah diri untuk diperdamaikan.

Bukti penggenapan terhadap hukum Taurat.
YANG KEDUA.
Matius 5: 27-28
(5:27) Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. (5:28) Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.

Menurut HUKUM TAURAT: “Jangan berzinah”. Pernyataan ini seolah-olah boleh berzinah sekalipun salah.
Tetapi PENGGENAPANNYA di sini adalah: “Memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.”
Hati-hati, baik yang laki-laki jangan sampai memandang dan menginginkan seorang perempuan di dalam hati, itu sudah berzinah. Sebaliknya perempuan juga jangan sampai menunjukkan sesuatu kelemahan dari dalam dirinya, supaya jangan sama-sama bersalah, tetapi hukum Taurat ini harus digenapi.

Matius 5: 29-30
(5:29) Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. (5:30) Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.

Jika mata kanan menyesatkan, cungkillah dan buanglah itu, kemudian jika tangan kanan menyesatkan, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik jika satu dari anggota tubuh itu binasa dari pada seluruh tubuh utuh masuk ke dalam neraka.
Berarti, apapun itu yang menimbulkan kenajisan dalam hati, jangan disayang-sayang, dalam bahasa Jawa: jangan dieman-eman.
Lebih baik itu dilemparkan, dibuang dari pada seluruh tubuh ini utuh masuk dalam neraka.

Bukti penggenapan terhadap hukum Taurat.
YANG KETIGA.
Matius 5: 31-32
(5:31) Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya. (5:32) Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.

Menurut HUKUM TAURAT: “Siapa yang menceraikan isterinya, ia harus memberi surat cerai kepada isterinya.” Berarti cerai itu diperbolehkan.
Sekarang PENGGENAPANNYA: “Barangsiapa menceraikan isterinya, ia menjadikan isterinya berzinah, dan siapa yang kawin dengan
perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.”
Berarti, tidak boleh berzinah = tidak boleh bercerai.

Bukti penggenapan terhadap hukum Taurat.
YANG KEEMPAT.
Matius 5: 33-36
(5:33) Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. (5:34) Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, (5:35) maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; (5:36) janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.

Menurut HUKUM TAURAT: “Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.” Berarti, boleh bersumpah, seolah-oleh dengan cara itu dia bisa meyakinkan orang lain di hadapan Tuhan.
PENGGENAPANNYA: “Jangan sekali-kali bersumpah”, baik demi:
1.   Langit, karena langit adalah takhta Allah.
2.   Bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya.
3.   Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar.
4.   Kepala, karena kita tidak berkuasa untuk memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.

Matius 5: 37
(5:37) Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.



Kesimpulan dari penggenapan hukum Taurat di sini ialah jika ya, hendaklah katakan: ya, jika tidak, hendaklah katakan: tidak, sama artinya; ya di atas ya, tidak di atas tidak.
Tidak usah bersumpah-sumpah demi apapun untuk meyakinkan orang lain, ya di atas ya, tidak di atas tidak, supaya Tuhan pakai kita semua, sebab lebih dari pada itu berasal dari si jahat (Setan). Tuhan tidak mungkin pakai Setan untuk melayani pekerjaan Tuhan, Tuhan tidak pakai pendusta untuk mempersatukan anggota tubuh yang berbeda-beda. Bagaimana mungkin Setan (si jahat) bisa membuat seseorang menjadi sempurna, sedangkan dirinya saja jahat. Perbaiki dulu diri, maka kita layak dipakai Tuhan untuk memperbaiki orang lain.

Bukti penggenapan terhadap hukum Taurat.
YANG KELIMA.
Matius 5: 38-42
(5:38) Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. (5:39) Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. (5:40) Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. (5:41) Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. (5:42) Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.

Menurut HUKUM TAURAT: “Mata ganti mata, gigi ganti gigi”, artinya; kejahatan dibalas dengan kejahatan, kerugian diganti dengan kerugian, keuntungan diganti dengan keuntungan.
PENGGENAPANNYA: “Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan”, melainkan;
1.     “Siapa yang menampar pipi kanan, berikanlah juga kepadanya pipi kiri”, artinya; merasakan seutuhnya apa yang dirasakan oleh Tuhan. Kalau ikut Tuhan jangan hanya separuh-separuh dalam merasakan apa yang diderita oleh Yesus di atas kayu salib.
2.     Diadukan karena mengingini baju, serahkan juga jubah.”
-          Baju, menunjuk kepada; perbuatan baik.
-          Jubah, menunjuk kepada; pelayanan.
Oleh karena sengsara salib, aniaya karena firman lalu kita dituntut banyak perkara, serahkan jubah, layani dia. Jangan sampai menyumpahi dan mengutuki, apalagi mengucapkan kata-kata kotor, kata-kata kutuk. Tidak pantas kata-kata kutuk keluar dari mulut seorang hamba Tuhan.
Ada orang mengadukan kita karena mengingini baju, serahkan jubah. Ada orang yang tidak suka karena kita melayani Tuhan (sangkal diri pikul salib), serahkan jubah, layani sekaligus. Hanya karena berbuat baik kita dinista, hanya karena berbuat baik kita difitnah, hanya karena berbuat baik kita diolok-olok, dijelek-jelekkan, serahkan jubah, artinya; layani dia.
3.     “Dipaksa berjalan satu mil, berjalanlah bersama dengan dia dua mil”. Selagi masih ada kesempatan untuk berbuat baik, lakukanlah hal yang baik itu dua kali lipat, lebih dari pada apa yang dia pikirkan.
4.     Murah hati, suka memberi”. Tetapi bukan berarti karena kita punya uang, lalu kita berdiri di pinggir jalan dan memberikan uang kepada setiap orang yang lewat, tidak seperti itu. Murah hati, berarti; sekiranya kita melihat seseorang dalam kekurangan, melihat orang yang layak ditolong, ya tolong saja, berilah. Ini bukan soal mengenai sepersepuluh, persembahan khusus, atau sukarela, karena itu semua bersifat kewajiban, tetapi yang dimaksud di sini adalah soal kemurahan hati, sukarela.
Saya tidak untuk memuji-muji diri; tanpa diduga-duga, tiba-tiba telepon genggam berbunyi, ada saja nanti pengeluaran-pengeluaran, walaupun saya pemberian saya tidak seberapa.

Bukti penggenapan terhadap hukum Taurat.
YANG KEENAM.
Matius 5: 43-44
(5:43) Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. (5:44) Tetapi Aku berkata kepadamu:
Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.

Menurut HUKUM TAURAT: “Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu”.
PENGGENAPANNYA: “Mengasihi musuh dan berdoa kepada mereka yang menganiaya.” Menganiaya bukan hanya bentuk fisik, tetapi batin juga, doakanlah mereka, jangan dikutuki, jangan disumpahi, sebab tidak layak dari mulut seorang hamba Tuhan keluar kata-kata sumpah dan kutuk.

Dahulu waktu dua anak (Timotius dan Yosua) semakin sungguh-sungguh dalam penggembalaan ini, orangtuanya (laki-laki) mengucapkan kata-kata yang tidak pantas, yaitu anjing dan babi. Saya terima kata-kata itu, saya doakan, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Tetapi sayang, hidupnya susah sekarang.
Mengapa ada kata-kata babi dan anjing? Karena apa yang keluar berasal dari hati. Kalau seseorang tidak hidup seperti anjing, kalau seseorang hidupnya tidak seperti babi, pasti dia tidak akan mengeluarkan kata-kata babi dan anjing. Tetapi karena hidupnya seperti anjing, hidupnya seperti babi, dia mengucapkan hal yang sama, yang serupa dengan itu.

Di sini tadi dikatakan: “Kasihilah sesamamu manusia, tetapi bencilah musuh”. Berarti mengasihi orang yang mengasihi dan memberi kepada orang yang memberi, tidak memberi kepada orang yang tidak memberi, atau kejahatan dibalas dengan kejahatan, itu hukum Taurat. Tahu yang baik tetapi tahu juga berbuat kejahatan, itulah hukum taurat. Tetapi dalam penggenapannya tadi; mengasihi musuh dan doakan mereka yang menyakiti, jangan dibalas.

Matius 5: 45
(5:45) Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.

Tujuan dari penggenapan hukum Taurat adalah:
1.     Bapa yang di sorga akan menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik. Matahari menunjuk kepada tabiat dari Allah Bapa, yaitu KASIH.
Jadi, dengan mendoakan orang yang menganiaya, nanti orang yang jahat dan orang yang baik akan sama-sama saling mengasihi.
2.     Bapa yang di sorga akan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Kalau kita doakan orang yang menyakiti, sama-sama saling mengasihi, maka sama-sama diberkati.


Memang mengikuti Tuhan tidak boleh dengan menggunakan akal pikiran manusia, serta tidak boleh menggunakan pertimbangan dan pengertian manusia itu sendiri, itu bukan ukuran. Tetapi di sini tadi, kita sudah melihat bahwa ukuran yang benar, ialah; hukum Taurat itu digenapi oleh kasih dari sorga.

Matius 5: 46-47
(5:46) Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? (5:47) Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain?
Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?

Kalau hanya mengasihi orang yang mengasihi, tidak ada upah. Orang dunia saja, yaitu pemungut cukai, bisa melakukan hal itu. Rentenir saja bisa melakukan hal itu; kalau bunganya banyak, dia akan berikan terus uang untuk dipinjamkan. Berbuat baik kepada orang yang berbuat baik, tidak ada gunanya, sama saja seperti orang dunia. Orang dunia bisa melakukan itu, tidak perlu dia mendengarkan firman, tidak perlu beribadah dan melayani Tuhan, dia sudah tahu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik.

Matius 5: 48
(5:48) Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Biarlah kita menggenapi hukum Taurat karena salib kasih saja yang bisa membawa kita sampai kepada kesempurnaan. Pengertian dan pandangan manusia tidak bisa membawa manusia sampai kepada kesempurnaan. Jangan gunakan pertimbangan hati dan pikiran sebagai tolak ukur di dalam melayani Tuhan.

Perhatikanlah firman ini dengan baik, sebab itu adalah modal kita di dalam hal melayani Tuhan dan itu modal kita untuk menjalankan roda kehidupan ini. Tidak ada yang abadi di atas muka bumi ini; sebentar di atas, sebentar turun. Oleh sebab itu, modal semacam ini sangat baik sekali kita gunakan selama kita menjalankan kehidupan kita sampai kedatangan Tuhan pada kali kedua.

Keterangan: IA TIDAK AKAN BERTERIAK.
Menunjukkan bahwa; sebagai hamba Tuhan, Yesus tidak hidup menurut hawa nafsu, yaitu keinginan-keinginan daging yang jahat.
Yesaya 53: 6
(53:6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.

Lihat, domba yang sesat; “masing-masing kita mengambil jalannya sendiri” dan hanya menuruti keinginan di hati saja. Kalau imam-imam melayani hanya menuruti keinginan di hati, mengambil jalannya sendiri, berarti sesat, sama artinya tidak dengar-dengaran kepada gembala, tidak mengikuti gembala.
Tetapi puji Tuhan, Yesus adalah hamba Tuhan, Dia juga Gembala Agung yang menggembalakan kehidupan kita, yang telah menanggung segala kejahatan, segala kekurangan, kebodohan, segala kekeliruan-kekeliruan kita, menanggung kesesatan kita di dalam hidup-Nya.

Yesaya 53: 7
(53:7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.

“Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya”, artinya; tidak hidup menurut hawa nafsu, yaitu keinginan-keinginan daging yang jahat.
Ia tidak akan berteriak, daging tidak bersuara, walaupun menderita, walaupun mengalami sengsara, padahal sengsara yang dialami bukan karena kesalahan-Nya tetapi karena kesesatan dari domba-domba tadi.

Kita berterima kasih kepada Yesus, Anak Allah, Dia hamba Tuhan, juga Gembala Agung yang sudah menggembalakan kita sampai detik ini, supaya apa? Supaya tidak ada kekeliruan, supaya kita tidak sesat di dalam penantian kita atas kedatangan-Nya untuk yang kedua kali sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.

Dia menanggung penderitaan, Dia menerima sengsara, bukan karena kesalahan-Nya tetapi karena kesesatan kita, itu digambarkan dengan:
YANG PERTAMA: “Seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian.”
Anak domba dibawa ke pembantaian, berarti potongan-potongan daging itu dipersembahkan untuk selanjutnya dinikmati. Yesus, Anak Allah, telah mengorbankan diri-Nya di atas kayu salib, Dia sudah mempersembahkan segenap hidup-Nya di atas kayu salib, sehingga tubuh-Nya itu menjadi korban santapan bagi kita. Dan sore ini, firman Allah sudah disampaikan, itulah tubuh-Nya sebagai santapan yang kita nikmati sore ini.

Dia menanggung penderitaan, Dia menerima sengsara, bukan karena kesalahan-Nya tetapi karena kesesatan kita, itu digambarkan dengan:
YANG KEDUA: “Seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya.”
Yesaya 1: 17
(1:17) belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!

Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam hal melayani pekerjaan Tuhan:
1)    Belajarlah berbuat baik”, berarti jangan pernah merasa mengerti, jangan merasa sudah mengerti dalam hal berbuat baik.
2)    Usahakanlah keadilan”. Keadilan ini tidak boleh dimatikan, melainkan harus diusahakan. Ada kalanya kita tidak mau rugi sedikit dalam hal mewujudkan keadilan.
3)    Kendalikanlah orang kejam”. Membiarkan orang kejam supaya dia tidak terusik, ini adalah perbuatan yang salah. Oleh sebab itu, orang kejam harus dikendalikan dengan cara mengasihi dan berdoa untuk dia, supaya orang kejam tidak kejam. Kalau mengendalikan orang kejam dengan kekejaman, berarti kejahatan dibalas dengan kejahatan.
4)    Belalah hak anak-anak yatim”. Yatim, berarti; tidak mempunyai bapak, artinya; orang yang tidak tergembala. Orang-orang yang di sekitar kita yang belum tergembala, harus didoakan, belalah hak mereka.
5)    Perjuangkanlah perkara janda-janda”. Janda, berarti; tidak mempunyai suami, tidak menempatkan Kristus sebagai Kepala. Kristus adalah Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga, dan gereja Tuhan adalah tubuh-Nya, mempelai wanita-Nya berdasar kasih. Maka mereka yang belum menempatkan Kristus sebagai Kepala (suami), harus kita perhatikan dengan sungguh-sungguh, sebab kalau tidak menempatkan Kristus sebagai Kepala, maka tubuh menjadi “liangnya serigala” dan tubuh menjadi “sarangnya burung”.
-          Serigala, menunjuk; roh jahat dengan tipu dayanya. Pekerjaan serigala: Menerkam dan mencerai-beraikan kawanan domba, sehingga domba menjadi liar, tidak tergembala.
-          Burung, menunjuk; roh najis. Pekejaan roh najis: Menghambat pembangunan tubuh Kristus.
Bukan berarti kalau sudah menjadi orang Kristen, dia menempatkan Kristus sebagai kepala, belum tentu. Banyak orang Kristen tetapi menjadi liangnya serigala, banyak orang Kristen tetapi menjadi sarangnya burung, itu yang membuat orang Kristen (gereja Tuhan) mengalami banyak penderitaan, karena tidak menempatkan Kristus sebagai Kepala.

Yesaya 1: 18
(1:18) Marilah, baiklah kita beperkara! -- firman TUHAN -- Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.

Tadi dikatakan: “seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya”, ini berkaitan dengan kasih Allah Bapa.
Kegunaan kasih Allah Bapa: menutupi banyak sekali dosa, sehingga sekalipun berwarna merak seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. Itulah yang terjadi ketika Yesus sebagai hamba Tuhan tidak hidup menurut hawa nafsu dan keinginan-Nya yang jahat, dengan kata lain daging tidak bersuara.

Sekali lagi saya tandaskan; kita patut bersyukur kepada Tuhan, sehingga akhirnya yang digunakan sebagai tongkat pengukur adalah sebatang buluh.
Sebetulnya saya hendak langsung saja menyampaikan tiga perkara yang diukur oleh sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, tetapi oleh karena hikmat yang saya dapat dari Tuhan, hati saya merasa terdorong untuk menyampaikan sebatang buluh ini.

Matius 11: 7-9
(11:7) Setelah murid-murid Yohanes pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang Yohanes: "Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari? (11:8) Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian halus itu tempatnya di istana raja. (11:9) Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi.

Yesus bertanya kepada orang banyak: “Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun?
Nanti pada akhirnya, kepada gereja Tuhan yang sempurna akan diberikan sayap burung nasar yang besar dan dia akan diterbangkan ke padang gurun untuk dipelihara selama tiga setengah tahun.
Lalu pertanyaannya, untuk apa? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari? Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Tetapi Yesus berkata: Orang yang berpakaian halus itu tempatnya di istana raja.
Pertanyaan ini harus kita jawab. Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi.

Jadi, dalam hal ini, Yohanes Pembaptis digambarkan seperti buluh yang digoyangkan angin kian kemari. Jelas, nabi Yohanes betul-betul hidup di dalam kuasa dan pimpinan Roh-El Kudus. Angin bertiup ke mana ia kehendaki, kita tidak tahu dan tidak bisa melihat Roh Tuhan, tetapi kita bisa merasakan kuasa Tuhan (Roh Tuhan).

Matius 11: 10
(11:10) Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu.

Yohanes Pembaptis diutus untuk mendahului Tuhan, dengan tujuan untuk mempersiapkan jalan yang lurus bagi Tuhan.

Yohanes 1: 19-23
(1:19)  Dan  inilah  kesaksian  Yohanes  ketika  orang  Yahudi  dari  Yerusalem  mengutus  beberapa  imam  dan  orang-orang  Lewi
kepadanya untuk menanyakan dia: "Siapakah engkau?" (1:20) Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: "Aku bukan Mesias."
(1:21) Lalu mereka bertanya kepadanya: "Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?" Dan ia menjawab: "Bukan!" "Engkaukah nabi yang
akan datang?" Dan ia menjawab: "Bukan!" (1:22) Maka kata mereka kepadanya: "Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi
jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?" (1:23) Jawabnya: "Akulah suara orang yang
berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya."

Nabi Yohanes adalah nabi yang terakhir, dia adalah seorang hamba Tuhan yang rendah hati, tidak ada penonjolan di dalam dirinya.
Apa tanda seorang hamba Tuhan yang rendah hati? Tugasnya adalah hanya untuk menyampaikan firman Tuhan, menyerukan firman
Tuhan di padang gurun. Itu tugas seorang hamba Tuhan, tidak perlu untuk membesarkan diri.

Maka pada saat ia ditanya: Apakah engkau Mesias? Apakah engkau Elia? Apakah engkau nabi yang akan datang? Dia selalu
menjawab: Bukan, bukan dan bukan.
Pada saat Yesus datang pada kali yang kedua, terlebih dahulu Elia dan Musa diutus untuk mempersiapkan (merintis) jalan bagi Tuhan. Sebetulnya dialah Elia yang akan datang itu, tetapi bagi dia, jabatan dan kedudukan bukanlah yang terutama.
Bagi seorang hamba Tuhan yang rendah hati, menyerukan firman Tuhan, memaklumkan hukum, menyatakan kebenaran bagi bangsa-bangsa, itu yang lebih utama, sampai hukum itu menang, sampai kebenaran itu menang, sehingga orang-orang terlepas dari


kecewa, putus asa, putus pengharapan, itulah buluh yang patah terkulai tidak diputuskan-Nya, sumbu yang pudar nyalanya tidak dipadamkan-Nya.
Jika hukum menang, maka layaklah sebatang buluh di tangan kanan-Nya menjadi tongkat pengukur rupanya.

Matius 12: 21
(12:21) Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap."


Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap. Kepada-Nya diberikanlah sebatang buluh seperti tongkat pengukur rupanya. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment