KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, October 9, 2019

IBADAH RAYA MINGGU, 11 AGUSTUS 2019



IBADAH RAYA MINGGU, 11 AGUSTUS 2019


KITAB WAHYU PASAL 11
(Seri: 01)

Subtema: HAL NAUNGAN TERGENAPI OLEH KARENA KORBAN KRISTUS.

Shalom.
Selamat sore, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi hati kita pribadi lepas pribadi.
Saya juga tidak lupa menyapa umat Tuhan, anak-anak Tuhan dan hamba-hamba Tuhan yang mungkin sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di manapun kita berada, kiranya Tuhan memberkati kita, dan damai sejahtera-Nya turun memenuhi setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi.

Segera saja kita menyambut firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari Wahyu 11.
Oleh karena kemurahan Tuhan, kita sudah mengakhiri Wahyu 10: 1-11, dan oleh karena kemurahan Tuhan, kita akan memasuki Wahyu 11.

Kitab Wahyu dalam Terang Tabernakel terkena pada TABUT PERJANJIAN.
Sedangkan Wahyu 11, dalam susunannya terkena pada DUA KERUB yang ada di atas tutup pendamaian atau tutupan grafirat.

Mari kita lihat TUTUP PENDAMAIAN dengan DUA KERUB DI ATASNYA.
Keluaran 25: 17-19
(25:17) Juga engkau harus membuat tutup pendamaian dari emas murni, dua setengah hasta panjangnya dan satu setengah hasta lebarnya. (25:18) Dan haruslah kaubuat dua kerub dari emas, kaubuatlah itu dari emas tempaan, pada kedua ujung tutup pendamaian itu. (25:19) Buatlah satu kerub pada ujung sebelah sini dan satu kerub pada ujung sebelah sana; seiras dengan tutup pendamaian itu kamu buatlah kerub itu di atas kedua ujungnya.

Dua kerub yang di atas tutup pendamaian terbuat dari emas murni. Dan kedua kerub tersebut harus seiras dengan tutupan grafirat (tutup pendamaian), emas itu bukan ditempel-tempel, tidak tersambung-sambung, berarti; menjadi satu kesatuan yang utuh.

Kesimpulannya: Tutupan grafirat (tutup pendamaian) dengan dua kerub di atasnya, menunjuk; pribadi Allah Tri Tunggal, yaitu Tuhan Yesus Kristus, yang menjadi tutup atau naungan dari gereja Tuhan.
Dengan demikian, gereja Tuhan akan menerima sifat yang sama dari tutup pendamaian itu, sehingga gereja Tuhan akan ditampilkan sebagai gereja yang sempurna atau mempelai wanita Tuhan dalam kemuliaan dari Allah Trinitas itu sendiri, dan penampilan-Nya bisa kita lihat dalam Wahyu 12: 1.

Wahyu 12: 1
(12:1) Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.

Gereja Tuhan yang sempurna (mempelai Tuhan) berada dalam keadaan tiga tanda:
1.     Berselubungkan matahari, menunjuk; Allah Bapa, dengan tabiat-Nya; KASIH. Kasih mempelai adalah kasih yang mempersekutukan antara tubuh dengan Kepala.
2.     Berdiri di atas bulan, menunjuk; Allah Anak, dengan sifat atau tabiat yang dinyatakan dalam KORBAN-NYA.
3.     Bermahkotakan dua belas bintang, menunjuk; Allah Roh Kudus, dengan sifat atau tabiat yang dinyatakan dalam pimpinan dan KUASA-NYA.

Kemudian, Wahyu 11 ini secara khusus menerangkan tentang “dua saksi yang besar”.
Bayangan kecil dari dua saksi terbesar di dalam hal pekerjaan pendamaian yang digenapkan oleh pribadi Yesus atau pribadi yang kedua dari Allah Tri Tunggal. Jadi, yang menjadi saksi dari pekerjaan pendamaian yang digenapi oleh Yesus, Anak Tunggal Bapa, adalah dua saksi yang besar tadi.
Bayangan kecil itu ialah;
1.     Tutupan grafirat atau tutupan pendamaian dengan dua kerub di atasnya, menunjuk; Tuhan Yesus Kristus.
2.     Tabut atau peti perjanjian, menunjuk; gereja Tuhan yang sempurna, itulah mempelai wanita Tuhan.
Kasih Allah adalah kasih Mempelai, kasih yang mempersatukan, itulah korban pendamaian.

Pekerjaan pendamaian itu telah digenapkan oleh Yesus Kristus, Pribadi yang kedua dari Allah Tri Tunggal, dua ribu tahun yang lalu di atas kayu salib, maka tampaklah tujuh percikan darah di atas tutupan grafirat.
Sedangkan pekerjaan pendamaian itu disaksikan oleh dua saksi besar, yaitu Allah Bapa dan Allah Roh Kudus, itulah dua kerub yang ada di atas tutup pendamaian (Tutupan Grafirat).

Maka, kalau darah Kristus dan korban Kristus terjadi untuk gereja Tuhan, berarti; hal naungan terjadi dan tergenapkan.
Mengapa demikian? Sebab kalau tutupan grafirat tidak menutupi peti, maka Allah Bapa -- yang menjadi saksi besar-- di sorga akan melihat segala kekurangan, akan melihat segala cacat cela dari gereja Tuhan, karena hukum Taurat tidak dapat dijadikan sebagai naungan untuk menutupi kekurangan gereja Tuhan.
Jadi setelah tutupan grafirat itu diletakkan di atas peti, maka dua saksi besar itu tidak melihat kekurangan dari gereja Tuhan.

Tuhan sedang menyaksikan pelayanan yang sedang kita kerjakan di atas muka bumi ini. Kedudukan dari seorang imam ada di antara Allah dengan manusia untuk memperdamaikan dosa manusia kepada Allah.
Imam itu antara lain; zangkoor, pemain musik, pemimpin pujian, pembaca firman, dan semua yang bertugas dalam pelayanan. Jadi, imam itu tidak hanya sekedar berdiri di altar, tetapi kedudukan imam adalah ada di antara Allah dengan manusia berdosa untuk membawa manusia berdosa kepada Allah. Dan pelayanan pendamaian yang dikerjakan di atas muka bumi ini, semuanya disoroti dan disaksikan oleh Tuhan Yesus Kristus.

Setelah tutupan grafirat diletakkan di atas peti, maka dua saksi besar itu tidak bisa melihat kekurangan dari gereja Tuhan, selain hanya melihat tujuh kali percikan darah di atas tutupan grafirat.
Agung dan mulialah korban Kristus. Setelah darah Kristus dan korban Kristus tergenapi, maka tergenapilah hal naungan itu.

Hukum Taurat tidak dapat dijadikan naungan, sebab hukum Taurat itu mempunyai kelemahan, tidak sempurna.
Kelemahan dari hukum Taurat:
1.     Menunjuk-nunjuk dosa (mengungkit-ungkit dosa masa lalu).
2.     Tidak dapat mengampuni dosa.
Tetapi setelah darah Kristus dan korban Kristus telah terjadi untuk gereja Tuhan, maka dua saksi besar tidak memandang kekurangan, selain hanya memandang tujuh kali percikan darah di atas tutupan grafirat.

Tadi saya sudah nyatakan, bahwa Wahyu 11 menerangkan dua saksi yang besar.
Adapun bayangan dari dua saksi besar itu ialah Musa dan Elia. Kisah dari dua saksi ini ditulis lebih rinci di dalam kitab Zakharia.

Zakharia 4: 1-3
(4:1) Datanglah kembali malaikat yang berbicara dengan aku itu, lalu dibangunkannyalah aku seperti seorang yang dibangunkan dari tidurnya. (4:2) Maka berkatalah ia kepadaku: "Apa yang engkau lihat?" Jawabku: "Aku melihat: tampak sebuah kandil, dari emas seluruhnya, dan tempat minyaknya di bagian atasnya; kandil itu ada tujuh pelitanya dan ada tujuh corot pada masing-masing pelita yang ada di bagian atasnya itu. (4:3) Dan pohon zaitun ada terukir padanya, satu di sebelah kanan tempat minyak itu dan satu di sebelah kirinya."

Di sini kita melihat: Kandil atau kaki dian emas dengan tujuh pelita menyala di atasnya.
Kemudian, di sini dikatakan: Dua pohon zaitun terukir di sebelah kanan dan di sebelah kiri tempat minyak itu.

Zakharia 4: 11-14
(4:11) Lalu berbicaralah aku kepadanya: "Apakah arti kedua pohon zaitun yang di sebelah kanan dan di sebelah kiri kandil ini?" (4:12) Untuk kedua kalinya berbicaralah aku kepadanya: "Apakah arti kedua dahan pohon zaitun yang di samping kedua pipa emas yang menyalurkan cairan emas dari atasnya itu?" (4:13) Ia menjawab aku: "Tidakkah engkau tahu, apa arti semuanya ini?" Jawabku: "Tidak, tuanku!" (4:14) Lalu ia berkata: "Inilah kedua orang yang diurapi yang berdiri di dekat Tuhan seluruh bumi!"

Dua pohon zaitun yang terukir di sebelah kanan dan di sebelah kiri tempat minyak kandil itu, itulah dua saksi Allah yang besar, yakni: Musa dan Elia.

Kehidupan yang diurapi akan menjadi terang, akan menjadi saksi di manapun kita diutus di atas muka bumi ini.
Tidak mungkin pelita menyala menjadi terang kalau tidak ada minyak. Jadi, yang menjadi saksi, yang menjadi terang di muka bumi ini adalah orang-orang yang diurapi, itulah dua pohon zaitun, dua saksi Allah, bayangan dari dua saksi yang besar, itulah Musa dan Elia.

Kedua pohon zaitun yang terukir di sebelah kanan dan sebelah kiri tempat minyak, menunjuk; Musa dan Elia, kehidupan yang diurapi Tuhan, yang berdiri di dekat Tuhan seluruh bumi. Berarti yang menjadi terang dan kesaksian di muka bumi ini adalah kehidupan yang diurapi oleh Tuhan.
Yesus, Anak Allah, Pribadi Yang Kedua dari Allah Tri Tunggal, disebut Mesias, artinya; Yang Diurapi, diutus ke dunia ini untuk menjadi terang, untuk menjadi kesaksian yang besar, sehingga menimbulkan sorak-sorai dan sukacita besar, sesuai yang tertulis dalam Yesaya 9: 1-2.

Sebelum kita lanjutkan tentang Zakharia ini, kita perhatikan sedikit catatan tentang TERANG.
Yohanes 1: 9
(1:9) Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.

“Yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.
Hal ini sudah terjadi dua ribu tahun yang lalu, sehingga kita melihat karya Allah yang begitu luar biasa terjadi. Ketika darah Kristus dan korban Kristus mengenai gereja Tuhan, maka tergenapilah hal naungan itu, sebab hukum Taurat (perjanjian yang pertama) tidak cukup untuk dijadikan sebagai naungan/menutupi dosa.

Yohanes 1: 4-5
(1:4) Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. (1:5) Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.

Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.

Pekerjaan pendamaian ini bukan pekerjaan biasa sampai nanti menerangi setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi, tidak ada yang tersembunyi, tidak ada sesuatu yang jahat dan najis tersirat di dalam hati dan pikiran, semuanya jelas dan terang.
Kita bersyukur, agunglah korban Kristus, dengan demikian; tergenapilah hal naungan, maka dua saksi yang besar -- Allah Bapa dan Allah Roh Kudus -- hanya melihat tujuh kali percikan di atas tutup pendamaian, tidak terlihat lagi kekurangan dari gereja Tuhan, sebab semuanya terang, tidak ada lagi yang tersembunyi.

Kita kembali membaca Zakharia 4.
Zakharia 4: 6-7
(4:6) Maka berbicaralah ia, katanya: "Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam. (4:7) Siapakah engkau, gunung yang besar? Di depan Zerubabel engkau menjadi tanah rata. Ia akan mengangkat batu utama, sedang orang bersorak: Bagus! Bagus sekali batu itu!"

Korban Kristus di tangan Zerubabel: Bagus.
Kalau kita melayani dengan tanda darah, semua bagus. Pemimpin pujian, pembaca firman, singer, kolektan, yang mengelola live streaming, pengetikan kotbah, infokus, kalau melayani dengan tanda darah disertai pengorbanan, semua bagus, sebab batu di tangan Zerubabel, itu adalah pribadi Yesus dengan korban pendamaian. Yesus adalah batu penjuru.

Zakharia 4: 8-9
(4:8) Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, demikian: (4:9) "Tangan Zerubabel telah meletakkan dasar Rumah ini, dan tangannya juga akan menyelesaikannya. Maka kamu akan mengetahui, bahwa TUHAN semesta alam yang mengutus aku kepadamu.

Tangan Zerubabel telah meletakkan dasar Rumah ini, dan tangan Zerubabel juga akan menyelesaikan pembangunan rumah Tuhan.
Bait Allah yang sudah runtuh di Yerusalem itu, kembali diperbaiki oleh Zerubabel, dibangun sampai selesai. Tetapi untuk menyelesaikan pembangunan gereja Tuhan (hidup kita/rumah Tuhan rohani), bukan dengan kemampuan, bukan dengan gagah kuat, bukan dengan keperkasaan, melainkan oleh Roh Tuhan, sampai akhirnya gunung yang besar dan tinggi menjadi rata.

Kalau kita melayani Tuhan dengan roh yang menyala-nyala, melayani Tuhan dengan roh yang berkobar-kobar, maka pekerjaan yang berat menjadi ringan. Tetapi sebaliknya, jikalau kita melayani dengan kemampuan daging, pekerjaan ringan pun akan menjadi berat sekali.
Betapa Tuhan menyertai imam-imam di dalam hal menyelesaikan pekerjaan Tuhan, kita tidak sendirian.

Zerubabel menyelesaikan pembangunan rumah Tuhan dengan baik, menunjukkan bahwa; Tuhan yang mengutus Zerubabel sebagai saksi terhadap umat Tuhan. Menjadi saksi bukan karena gagah hebat, menjadi saksi bukan karena kekuatan, bukan karena kemampuan manusia daging, tetapi menjadi saksi oleh karena Roh Tuhan.

Berbicara tentang pembangunan rumah Tuhan; Yesus, Anak Allah, telah diutus ke dunia untuk menyelesaikan pekerjaan Allah Bapa, itulah pekerjaan pendamaian.

Yohanes 19: 30
(19:30) Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.

Sesudah minum anggur asam itu, berkatalah Yesus, Anak Allah: “Sudah selesai.
Pembangunan rumah Tuhan sudah selesai karena Yesus, Anak Allah, telah mengadakan pendamaian terhadap dosa.

Mari kita lihat; PEMBUKTIANNYA.
Yohanes 19: 31-33
(19:31) Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib -- sebab Sabat itu adalah hari yang besar -- maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan. (19:32) Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; (19:33) tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya,

Prajurit-prajurit mematahkan kaki kedua orang penjahat yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus, tetapi ketika mereka melihat bahwa Yesus telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya. Anggota-anggota tubuh-Nya tidak ada yang terputus, anggota-anggota tubuh-Nya tidak ada yang terpisah. Kita semua adalah anggota tubuh. Tubuh itu satu walaupun anggotanya banyak.

Jadi, sudah tergenapi dengan apa yang dinyatakan oleh Yesus pada ayat 30 tadi, yaitu: “Sudah selesai.
Apa buktinya? Yesus telah mati di atas kayu salib. Mati, berarti; urusan-Nya dengan segala sesuatu yang ada di dunia sudah selesai, termasuk urusan-Nya dengan manusia berdosa di dunia ini sudah selesai.
Itu sebabnya prajurit-prajurit tidak mematahkan kaki-kaki-Nya, tidak ada tulang-tulang-Nya yang terputus, tetap utuh menjadi satu kesatuan yang utuh.

Inilah kerinduan Tuhan supaya kita menjadi satu, sama seperti Anak dan Bapa adalah satu. Wujudkan kerinduan ini, jangan lagi menjalankan ibadah Taurat.

Tadi malam firman-Nya luar biasa dalam Ibadah Kaum Muda Remaja (10 Agustus 2019), “Ia boleh melayani dia”, singkatnya: dipercaya untuk melayani Tuhan.
Tuhan sudah percayakan Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT), dan itu adalah kemurahan Tuhan bagi kita, sebab itu jangan lagi menjalankan ibadah Taurat, sebab Taurat tidak bisa dijadikan naungan. Tetapi setelah darah Kristus, korban Kristus mengenai gereja Tuhan, maka tergenapilah hal naungan, tidak terlihat lagi kekurangan. Dua saksi tidak lagi melihat kekurangan, selain tujuh kali percikan darah, sebab Yesus telah mati di atas kayu salib, sehingga tidak ada tulang-tulang-Nya yang dipatah-patahkan, tidak ada yang terputus.
Dalam kitab Kejadian 2, Adam berkata kepada isterinya: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku”, dan mereka telah dipersatukan. Kristus adalah Kepala gereja, Mempelai Pria Sorga, dan gereja Tuhan adalah tubuh-Nya, sebagai mempelai wanita-Nya berdasarkan kasih, itulah kerinduan Tuhan, yaitu menjadi satu kesatuan.

Yohanes 19: 34
(19:34) tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.

Karena Yesus sudah mati, satu dari prajurit itu menombak lambung Yesus, segera mengalir keluar darah dan air, itu adalah tanda kelahiran baru, melahirkan gereja Tuhan, itulah bangsa kafir.

Sebetulnya, dengan empat luka saja -- dua di tangan dan dua di kaki --, sebetulnya sudah selesai. Tetapi itu hanya berlaku bagi bangsa Israel. Kalau korban Kristus hanya berlaku bagi bangsa Israel (lahiriah), bagaimana dengan nasib kita, bangsa kafir?
Oleh sebab itu, satu dari antara prajurit menikam lambung Yesus dengan tombak, segera mengalir keluar darah dan air, lahirlah gereja Tuhan, itulah bangsa kafir, dilahirkan kembali menjadi bagian dari anggota tubuh.

Yohanes 19: 35-36
 (19:35) Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya. (19:36) Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: "Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan."

Dengan matinya Yesus di atas kayu salib, telah menggenapkan dua hal:
1.     Pekerjaan pendamaian berkuasa untuk membawa kepada kesatuan tubuh.
2.     Mereka yang menikam Yesus akan memandang kepada Dia -> bangsa Kafir.
Maka apa yang tertulis di dalam kitab para nabi, sudah digenapkan oleh Yesus di atas kayu salib.

Jangan kita keras hati seperti Saul; ia tidak mampu membunuh habis orang Amalek. Lalu Samuel menggenapi firman Tuhan, karena dari sejak kecil, tidak ada satu pun dari firman itu dibiarkan gugur. Maka kalau sidang jemaat makan, jangan ada tersisa satu butir pun dari piring, sebab itu adalah bukti keberhasilan. Sabar, sampai selesai, pasti berhasil.
Tidak ada satu pun  yang gugur dari firman itu, semua tergenapi, seperti Yesus menggenapi hukum Taurat di atas kayu salib, tergenapilah hal naungan. Tuhan Yesus baik. Dengan demikian, pembangunan rumah Tuhan sudah selesai, dan yang menjadi saksinya adalah dua kerub yang ada di atas tutup pendamaian. Dua kerub, menunjuk; Allah Bapa dan Allah Roh Kudus.

Pekerjaan pendamaian sudah selesai dikerjakan, demikian halnya dengan tutup pendamaian -- sebagai naungan dari Allah Trinitas -- telah diletakkan di atas peti perjanjian, dengan kata lain; sudah menyatu, sudah selesai.
Tutupan grafirat dengan dua kerub di atasnya persis menyatu (berada di atas) peti pendamaian, sehingga kualitas dari gereja Tuhan sederajat (se-kualitas) dengan pribadi Yesus Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga. Dengan demikian, dua saksi Allah tidak melihat satu pun cacat cela, tidak melihat satu pun kekurangan, selain hanya melihat tujuh kali percikan darah. Dalam hal ini, Allah Bapa dan Allah Roh Kudus tidak melihat lagi kekurangan-kekurangan dari gereja Tuhan.

Kita akan memperhatikan 2 Korintus 5: 17-21, di mana perikop ayat ini adalah “Pelayanan Untuk Pendamaian.
Kedudukan imam-imam adalah antara Allah dengan manusia berdosa, untuk memperdamaikan dosa manusia kepada Allah. Jadi, tidak cukup hanya bekerja sesuai dengan tugas yang dipercaya, tidak cukup hanya berdiri di altar ini, tetapi kedudukan imam adalah antara Allah dengan manusia berdosa, untuk membawa manusia berdosa kepada Allah.
Berarti, yang menjadi korban adalah imam, itulah korban pendamaian. Mari kita lihat tugas korban pendamaian.

2 Korintus 5: 17-18
(5:17) Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. (5:18) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.

Imam-imam (pelayan-pelayan), kedudukannya adalah antara Allah dengan manusia, untuk memperdamaikan dosa manusia kepada Allah. Berarti, yang menjadi korban dalam pendamaian ini adalah imam.
Maka, tadi saya sudah katakan: Tidak cukup hanya melayani, bekerja, tetapi harus menjadi korban. Kalau tidak mau jadi korban, jangan dulu melayani Tuhan, sebab kalau tidak mau jadi korban, nanti orang lain yang jadi korban; korban kejahatan, korban kenajisan, dan lain sebagainya.

Kedudukan dari imam: Ada di antara Allah dengan manusia berdosa.
Berarti, siapakah yang menjadi korban? Imam. Itulah yang disebut korban pendamaian.
Korban pendamaian adalah naungan bagi gereja Tuhan...Puji Tuhan..Haleluya..

Ingat: Melayani tidak hanya cukup bekerja, melainkan harus rela menjadi korban, baik tenaga, pikiran, waktu, materi, keuangan, harus jadi korban.

2 Korintus 5: 19-21
(5:19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. (5:20) Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. (5:21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

Di dalam Kristus, akhirnya kita dibenarkan oleh Allah.
Untuk memperdamaikan manusia berdosa, imam besar (imam-imam/pelayan Tuhan) harus menjadi korban, tidak hanya enak-enak tampil dalam pelayanan. Pelayan-pelayan Tuhan harus sampai kepada pendamaian dosa; dia yang benar dijadikan dosa, menjadi korban untuk memperdamaikan dosa manusia. Nanti, dua saksi yang besar akan menyoroti pelayanan kita.

Zerubabel disaksikan Musa dan Elia. Yesus, Anak Allah, Pribadi Yang Kedua dari Allah Tri Tunggal, disoroti oleh Saksi yang besar; Allah Bapa dan Allah Roh Kudus.
Tergenapilah hal naungan; kekurangan tidak terlihat lagi, kecuali hanya tujuh kali percikan darah -> sengsara tanpa dosa.

Bagaimana dengan panggilan imam? Bagaimana saudara melihat pelayanan ini?
Apakah karena kepentingan, ada motivasi, penonjolan diri, supaya dipuji? Salah. Harus menjadi korban, karena pelayanan ini disaksikan oleh Allah Bapa, disaksikan oleh Allah Roh Kudus.

Saya himbau kepada imam-imam: Kembali kepada kebenaran firman. Jangan bertahan dengan sifat manusiawi dengan segala kelemahan-kelemahannya.
Bagaimana kita mau melayani Tuhan kalau dirinya sendiri saja belum ia layani dan tidak diperhatikan? Berubahlah, karena pelayanan kita disoroti oleh Tuhan. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment