KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Saturday, October 26, 2019

IBADAH RAYA MINGGU, 06 OKTOBER 2019



IBADAH RAYA MINGGU, 06 OKTOBER 2019


KITAB WAHYU PASAL 11
(Seri: 07)

Subtema: IBADAH YANG DIUKUR OLEH TUHAN.

Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan; oleh karena rahmat-Nya dan kemurahan-Nya, telah memberi kesempatan kita kembali untuk mengusahakan Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian.
Saya juga tidak lupa menyapa umat Tuhan, hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada, kiranya Tuhan memberkati kita bersama-sama. Sebab itu kita berdoa, dan dengan kerendahan hati kita mohon kemurahan Tuhan, supaya Tuhan membukakan firman-Nya bagi kita untuk memulihkan segala sesuatunya; hidup, ibadah, pelayanan, nikah, rumah tangga dipulihkan, berkat berkelimpahan menjadi bagian kita.

Segera kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari kitab WAHYU 11.
Wahyu 11:1
(11:1) Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.

Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya. Adapun alat pengukur yang digunakan ialah sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, jelas ini menunjuk kepada; firman Allah, sebab perasaan dan pikiran hati manusia, bahkan pandangan dan pengertian manusia tidak dapat digunakan sebagai alat pengukur untuk perkara di atas dan untuk perkara rohani atau perkara ilahi, selain firman Allah yang kekal sebagai alat pengukur yang sejati.

Adapun tiga hal yang diukur oleh tongkat atau buluh pengukur:
1.     Bait Suci Allah.
2.     Mezbah.
3.     Mereka yang beribadah di dalamnya.

Sekarang, kita akan melihat hal ketiga yang diukur oleh Tuhan.
III. MEREKA YANG BERIBADAH DI DALAMNYA.
Keluarga Allah, itulah sidang jemaat GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, oleh karena kemurahan Tuhan, kita boleh berada di hadapan takhta kasih karunia dan beribadah di dalamnya. Saya, sebagai gembala sidang, dengan tandas mengatakan: Jangan sampai ibadah kita tidak masuk ukuran Tuhan, tetapi mari kita perhatikan pemberitaan firman Tuhan saat ini, supaya ibadah kita masuk dalam ukuran Tuhan.

Keluaran 3:12
(3:12) Lalu firman-Nya: "Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini."

Apabila Musa telah membawa bangsa Israel keluar dari Mesir, maka mereka akan beribadah kepada Allah di gunung Horeb atau disebut juga gunung Sinai.

Kita lanjut memperhatikan, membuktikan apa yang dikatakan Allah kepada Musa.
Keluaran 19:16, 18-19
(19:16) Dan terjadilah pada hari ketiga, pada waktu terbit fajar, ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada di perkemahan. (19:18) Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap, karena TUHAN turun ke atasnya dalam api; asapnya membubung seperti asap dari dapur, dan seluruh gunung itu gemetar sangat. (19:19) Bunyi sangkakala kian lama kian keras. Berbicaralah Musa, lalu Allah menjawabnya dalam guruh.

Terjadilah pada hari ketiga, pada waktu terbit fajar, Tuhan turun ke atas gunung Horeb disertai dengan tiga hal:
1.     Ada guruh dan kilat atau api.
2.     Awan padat atau asap di atas gunung.
3.     Bunyi sangkakala yang sangat keras.

Kesimpulannya: Allah turun dan hadir di atas gunung Sinai (gunung Horeb) dengan keadaan-Nya sebagai Allah Trinitas, yaitu Tuhan Yesus Kristus, dengan pembuktian:
-       Ada guruh dan kilat atau api, menunjuk; Allah ROH EL-KUDUS, sesuai dengan Wahyu 4: 5.
-       Awan padat atau asap, menunjuk; Allah Bapa, sama dengan; TUHAN.
-       Sangkakala, menunjuk; Allah Anak, sama dengan; YESUS.

Ibrani 8:5
(8:5) Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, sama seperti yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan kemah: "Ingatlah," demikian firman-Nya, "bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu."

Dari atas gunung Horeb (gunung Sinai), Tuhan memberi perintah kepada Musa untuk membangun kemah atau Tabernakel menurut contoh dan model yang diperlihatkan Allah kepada Musa, sehingga dengan demikian, ibadah dan pelayanan kita di bumi ini adalah gambaran dan bayangan dari ibadah di sorga.

Adapun Tabernakel terdiri dari tiga daerah.
1.     Halaman.
2.     Ruangan Suci.
3.     Ruangan Maha Suci.

DAERAH HALAMAN, berarti; setelah percaya (Pintu Gerbang) kepada Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat, selanjutnya;
-       Langkah pertama ialah bertobat, terkena pada; MEZBAH KORBAN BAKARAN.
-       Langkah kedua ialah baptisan air, terkena pada; KOLAM PEMBASUHAN.
-       Langkah ketiga ialah dipenuhkan dengan Roh Kudus, terkena pada; PINTU KEMAH.
Daerah halaman merupakan asas-asas pertama atau dasar dari ajaran tentang Kristus.

Ibrani 6:1-2
(6:1) Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah, (6:2) yaitu ajaran tentang pelbagai pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan orang-orang mati dan hukuman kekal.

Setelah mengenal asas-asas pertama, selanjutnya harus beralih kepada perkembangannya yang penuh, yaitu berada di daerah yang kedua, yakni RUANGAN SUCI.

Memang, orang yang percaya dan bertobat, selanjutnya mengalami pembasuhan air, kemudian dipenuhkan Roh Kudus, di situ banyak mengalami mujizat; yang sakit sembuh, terjadi pengusiran setan lewat penumpangan tangan hamba-hamba Tuhan, tetapi itu baru merupakan asas-asas pertama, yakni; dasar kebenaran tentang ajaran Kristus. Berarti, harus beralih kepada perkembangannya yang penuh, itulah daerah yang kedua; Ruangan Suci atau disebut tempat pengudusan.

Di dalam RUANGAN SUCI (tempat pengudusan) terdapat tiga macam alat;
1.     Meja Roti Sajian.
2.     Pelita Emas.
3.     Mezbah Dupa.
Tiga macam alat ini, menunjuk; tiga macam ibadah pokok, antara lain;
1.     Meja Roti Sajian, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci. Persekutuan dengan firman Allah dan persekutuan dengan tubuh dan darah Yesus.
2.     Pelita Emas, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian Roh Kudus.
3.     Mezbah Dupa, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan.

Ibrani 10:22-24
(10:22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. (10:23) Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. (10:24) Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.

Dari apa yang kita baca, kita menemukan tiga kata, yaitu: IMAN, PENGHARAPAN, dan KASIH.
-       Pada ayat 22 ada kata IMAN, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci, sama dengan; hati nurani dibasuh oleh air dan firman.
-       Pada ayat 23 ada kata PENGHARAPAN, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian. Pengharapan ini penting, sebab Ia yang menjanjikannya setia.
-       Pada ayat 24 ada kata KASIH, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan. Kalau kita hidup di dalam kasih, maka kasih itu akan mendorong kita satu dengan yang lain untuk saling mengasihi.

Ibrani 10:25
(10:25) Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Janganlah kita menjauhkan diri dari tiga macam ibadah pokok tersebut, seperti dibiasakan oleh orang lain, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang sudah mendekat. Kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi, maka selayaknya kita menjunjung tinggi ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok ini. Jangan sampai kita menganggap enteng, jangan sampai kita menganggap kecil tiga macam ibadah pokok ini (lebih menghargai hal-hal lahiriah di dunia ini), itu adalah suatu kekeliruan besar bagi kita tentunya.

Ibrani 10:26
(10:26) Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu.

Setelah kita memperoleh pengetahuan tentang kebenaran atau tentang ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, tetapi apabila dengan sengaja mengabaikannya, maka darah Yesus tidak berlaku lagi atas dia. Teramat lebih bagi seorang imam; apabila dengan sengaja meninggalkan ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, maka darah Yesus tidak berlaku atas dia.

Tuhan memberikan ibadah dan hukum Taurat dan janji-janji-Nya kepada bangsa Israel, sebab bangsa Israel ini adalah milik kepunyaan Allah, disebut juga harta kesayangan, itulah imamat rajani. Berarti, kalau imamat rajani (pelayan-pelayan Tuhan) tidak menghargai ibadah, betul-betul darah Yesus tidak berlaku atas dia.
Yang disebut imamat rajani itu hanya umat Israel, bangsa yang kudus, milik kepunyaan Allah, harta kesayangan.

Kita juga melihat; Gereja hujan awal dan gereja hujan akhir harus tekun dalam tiga macam ibadah pokok, bahkan gereja hujan akhir harus saling memperhatikan, saling menasihati antara satu dengan yang lain, karena kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi. Jangan kita kecilkan itu.

Sekarang kita melihat; GEREJA HUJAN AWAL.
Kisah Para Rasul 2:41
(2:41) Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.

Setelah percaya;
-       selanjutnya langkah pertama bertobat,
-       langkah kedua pembasuhan air (dibaptis),
-       barulah mereka dipenuhkan Roh Kudus.
Tetapi itu baru merupakan asas-asas pertama, artinya; harus beralih kepada perkembangannya yang penuh, yaitu berada di dalam Ruangan Suci.

Kisah Para Rasul 2:42
(2:42) Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. 

Gereja hujan awal melakukan kegiatan yang sama, yaitu:
1.     Bertekun dalam PERSEKUTUAN, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian Roh Kudus.
2.     Bertekun dalam PEMECAHAN ROTI, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci, persekutuan dengan tubuh dan darah Yesus.
3.     Bertekun dalam BERDOA, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan.

Lebih jauh kita melihat mengenai; IBADAH YANG DIUKUR OLEH TUHAN.
Kita sudah mengetahui tentang tiga macam ibadah pokok, tetapi kita harus tahu tentang ibadah yang diukur oleh Tuhan. Jangan sampai kita beribadah, mengerjakan pekerjaan soal beribadah, tetapi tidak mengerti tentang ibadah yang diukur oleh Tuhan, bukankah ini adalah pekerjaan yang sia-sia? Menyia-nyiakan semua yang sudah dikorbankan, baik itu tenaga, pikiran, waktu, uang,  materi dan sebagainya. Sebab itu; kita harus tahu tentang ibadah yang diukur oleh Tuhan.

Keluaran 24:12
(24:12) TUHAN berfirman kepada Musa: "Naiklah menghadap Aku, ke atas gunung, dan tinggallah di sana, maka Aku akan memberikan kepadamu loh batu, yakni hukum dan perintah, yang telah Kutuliskan untuk diajarkan kepada mereka."
Keluaran 25: 8-9
(25:8) Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka. (25:9) Menurut segala apa yang Kutunjukkan kepadamu sebagai contoh Kemah Suci dan sebagai contoh segala perabotannya, demikianlah harus kamu membuatnya."

Kepada bangsa Israel, umat pilihan-Nya, Tuhan memberikan:
1.     Hukum-hukum.
2.     Ibadah.
Inilah keistimewaan bangsa Israel dari pada bangsa-bangsa lain.

Kita harus tahu dengan pasti bahwa pengertian yang lama tidak boleh dipertahankan. Banyak orang Kristen berpendapat, bahwa: Orang Kristen tidak perlu ke gereja, tidak perlu beribadah, karena gereja adalah hidup kita. Memang betul, gereja adalah hidup kita, tetapi kita harus berada di dalam rumah Tuhan, karena di situ Tuhan memberikan hukum-hukum-Nya. Jadi, jangan keliru dengan pengertian yang lama. Mutlak harus beribadah.

Tidak beribadah, berarti; tidak masuk sorga. Tidak beribadah, berarti; tidak mengenal Allah Trinitas. Mengapa? Sebab Tuhan memberikan ibadah di atas gunung Sinai dengan keadaannya sebagai Allah Trinitas, yaitu: Tuhan Yesus Kristus. Itu bisa dilihat dengan keadaan-Nya, di mana ketika Allah turun di atas gunung Sinai disertai dengan;
-       Guruh, kilat dan api, menunjuk; pribadi ALLAH ROH KUDUS.
-       Asap atau awan padat, menunjuk; pribadi ALLAH BAPA.
-       Terdengar bunyi sangkakala, menunjuk; pribadi ALLAH ANAK, YESUS KRISTUS.

Tuhan telah memberikan hukum-hukum, dan memberikan ibadah, tetapi kita harus mengerti tentang ibadah yang diukur oleh Tuhan.

Keluaran 30:6
(30:6) Haruslah kautaruh tempat pembakaran itu di depan tabir penutup tabut hukum, di depan tutup pendamaian yang di atas loh hukum, di mana Aku akan bertemu dengan engkau.

Kedudukan dari Mezbah Dupa itu dekat dengan tirai atau tabir Bait Suci, berarti; posisi mezbah dupa lebih maju dari dua alat lainnya -- Meja Roti Sajian dan Pelita Emas -- yang ada di Ruangan Suci.
Posisi dari Mezbah Dupa itu bukan suatu kebetulan lebih dekat dengan Tirai, tetapi Tuhan mengaturnya demikian rupa, supaya kita semakin mengerti tentang hal ibadah yang diukur oleh Tuhan.

Tirai atau tabir Bait Suci Allah merupakan bayangan dari pada daging.

Matius 27:50-51
(27:50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. (27:51) Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,

Ketika Yesus mati, maka robeklah tirai, terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan bebaslah jalan menuju Tabut Perjanjian, yaitu takhta Allah.

Pendeknya: Doa penyembahan adalah satu-satunya cara atau satu-satunya jalan untuk merobek atau menyalibkan daging sepenuh. Setelah terjadi perobekan daging sepenuh, terbukalah jalan untuk berada di Tabut Perjanjian, untuk berada di takhta Allah, untuk berada di dalam Kerajaan Sorga.

Ibadah kita di hari-hari ini tidak berhenti hanya pada mengerti firman Allah, tidak berhenti hanya soal kesaksian, sibuk melayani pekerjaan Tuhan, tetapi harus memuncak sampai kepada doa penyembahan, itulah ibadah yang diukur oleh Tuhan.
Kalau hanya mengerti firman, hidup dalam firman, mengetahui firman, dan menjadi kesaksian di tengah-tengah kegiatan Roh, ibadah ini belum cukup untuk diukur oleh Tuhan. Ibadah harus sampai pada puncaknya, yaitu doa penyembahan, itu ibadah yang diukur.

Pada saat Yesus menyerahkan hidup-Nya (doa penyembahan), barulah tirai atau tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Jadi jelas, doa atau penyembahan adalah satu-satunya cara untuk kita berada di dalam hadirat Tuhan, menembusi Kerajaan Sorga.
Tetapi sayangnya, gereja di hari-hari ini hanya mengerti soal Ibadah Raya Minggu, justru mengecilkan dua ibadah lainnya; Ibadah Pendalaman Alkitab, apalagi Ibadah Doa Penyembahan. Seharusnya kita berada pada doa penyembahan, mengingat kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi, tetapi justru ini yang ditinggalkan. Ini adalah suatu kekeliruan. Mengapa? Karena orang Kristen beribadah dengan pengertiannya atau juga mungkin beribadah karena aturan gerejawi, aturan-aturan dari nenek moyang yang sifatnya berkaitan erat dengan ada istiadat. Ini adalah ibadah yang salah kaprah.
Tetapi puji Tuhan, oleh karena kemurahan-Nya, Tuhan memberikan pengertian tentang ibadah yang diukur bagi kita.

Ibadah yang diukur ini dibenarkan oleh Rasul Paulus sesuai dengan ciri penulisannya yang dikirim kepada orang Ibrani.
Ibrani 9:1
(9:1) Memang perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah dan untuk tempat kudus buatan tangan manusia.

Perikop (judul) ayat ini adalah tempat kudus di bumi dan di sorga, sama dengan; Tabernakel di sorga dan Tabernakel di bumi, berarti; ibadah pelayanan kita di bumi ini merupakan gambaran dan bayangan dari ibadah dan pelayanan di sorga, itulah yang benar sesuai dengan contoh atau model yang telah diperlihatkan oleh Allah kepada Musa di gunung Sinai, dan hal itu dibenarkan oleh Rasul Paulus.

Kita patut bersyukur kepada Tuhan, karena ibadah yang kita jalankan ini menggunakan pola Tabernakel, pola Kerajaan Sorga. Kalau gereja tidak mengerti pola Tabernakel, berarti ia tidak pernah mengerti tentang Kerajaan Sorga, sehingga banyak orang Kristen menjalankan aturan sendiri dan dengan sebutan ibadah sendiri, maka muncul begitu banyak sebutan ibadah di muka bumi ini, tanda bahwa pengertian manusia sudah menyusupi ibadah-ibadah di bumi ini.

Perjanjian yang pertama, itulah Tabernakel Musa, mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah dan untuk tempat kudus buatan tangan manusia.
Aturan-aturan dan perabotan-perabotan di dalamnya memang sudah disusun demikian rupa, namun kita tidak mungkin membuat Tabernakel secara jasmani, seperti Tabernakel Musa, tetapi peraturan itu bisa kita lihat sesuai dengan arti rohani dari perabotan-perabotan yang ada di dalamnya... Puji Tuhan.. Haleluya..

Ibrani 9:2-4
(9:2) Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus. (9:3) Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus. (9:4) Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian,

Kemah yang paling depan disebut dengan RUANGAN SUCI, di mana di dalamnya terdapat dua alat, yaitu:
1.     Kaki Dian Emas.
2.     Meja Roti Sajian.
Dua alat ini ternyata tetap berada di dalam Ruangan Suci.

Tetapi di belakang tirai yang kedua, yaitu RUANGAN MAHA SUCI, di situ terdapat dua alat, yaitu:
1.     Mezbah pembakaran ukupan emas.
2.     Tabut perjanjian.
Sudah sangat jelas: puncak ibadah adalah Penyembahan, itulah yang membawa kita sampai ke hadirat Tuhan bagaikan asap dupa kemenyan yang naik ke hadirat Tuhan (Wahyu 8:3-4). Sementara dua alat lainnya; Kaki Dian Emas dan Meja Roti Sajian, tetap tertinggal di RUANGAN SUCI. Inilah contoh, patron dari gereja yang tertinggal.

Itu sebabnya saya katakan di atas tadi: Ibadah tidak hanya berhenti hanya sebatas mengerti firman, mungkin sudah menjadi pelaku, atau tidak berhenti hanya kepada kesibukan-kesibukan menjadi kesaksian Roh. Tetapi ibadah harus berada pada puncaknya, itulah penyembahan, karena penyembahan inilah yang membawa kita sampai ke hadirat Tuhan. Sementara dua macam alat yang lain (Pelita Emas dan Meja Roti sajian) tertinggal.

Rasul Paulus tidak keliru dalam hal menulis hal ini. Karena dalam 2 Korintus 12, dia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga, kalau dikaitkan dengan Pola Tabernakel itu terkena pada RUANGAN MAHA SUCI. Pada saat dia diangkat ke tingkat yang ketiga (berada dalam Ruangan Maha Suci), di situ dia melihat; ternyata, mezbah pembakaran ukupan emas itu sudah ada di dalam Ruangan Maha Suci. Tetapi dua alat lainnya (Meja Roti Sajian dan Pelita Emas) masih tertinggal, inilah patron gereja yang tertinggal.

Ibadah ini harus berada pada puncaknya. Jangan jalan di tempat. Tingkat rohani kita harus berada sampai kepada penyembahan, berarti; penyerahan diri sepenuhnya. Menyerah, berarti; tidak lagi terlihat kehendak daging dan tidak lagi menjalankan ibadah Taurat (ibadah lahiriah).
Ibadah lahiriah itu; mulut memuliakan Tuhan, tetapi hatinya jauh dari Tuhan, sama artinya; mempersembahkan tubuh jasmaninya kepada Tuhan di tengah ibadah, tetapi manusia batinnya tidak dipersembahkan kepada Tuhan.

Pertanyaannya: MENGAPA MEZBAH PEMBAKARAN UKUPAN EMAS ADA DI RUANGAN MAHA SUCI?
Jawabnya: Doa penyembahan yang akan membawa gereja Tuhan untuk berada d hadirat Tuhan atau takhta Alalh.

Wahyu 8:3-4
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.

“Seorang malaikat lain.” Jelas ini menunjuk pribadi Tuhan Yesus Kristus, Dia Imam Besar Agung.

Yesus, Anak Allah, Dia adalah Imam Besar yang akan memimpin orang-orang kudus di dalam doa penyembahan untuk dibawa sampai kepada hadirat Tuhan. Dari sini saya mengambil kesimpulan: Anak Tuhan tidak boleh tergembala lewat internet, kecuali terpaksa karena tidak menemukan penggembalaan yang pas.
Mutlak anak-anak Tuhan harus beribadah, dan ibadahnya harus sampai kepada puncaknya. Puncak rohani kita adalah doa penyembahan. Tidak boleh tidak beribadah, harus beribadah, karena di tengah ibadah itu Yesus tampil sebagai Imam Besar yang memimpin orang-orang kudus dalam doa penyembahan, untuk selanjutnya dibawa sampai kepada hadirat Tuhan.

Kalau tidak ibadah, tidak ada imam besar yang melayani ibadah itu (tanpa pelayanan pendamaian dari Imam Besar). Maka, kalau anak-anak Tuhan mengerti tentang kebenaran, ia harus beribadah, sebab di tengah ibadah itu, Yesus, Anak Allah tampil sebagai Imam Besar, kepada-Nya diberikan banyak kemenyan, berarti Yesus, Anak Allah, Dia Imam Besar, hidup dalam doa penyembahan yang besar. Kalau tidak beribadah, maka penyembahannya tidak sampai kepada hadirat Tuhan.
Jadi, mutlak kita butuh berada dalam penggembalaan, sama dengan; berada di tempat pengudusan, tekun dalam tiga macam ibadah pokok. Puncak ibadah ialah Doa Penyembahan.

Dengan demikian, kita bisa menarik kesimpulan, bahwa: Doa Penyembahan adalah ukuran tingkat rohani gereja Tuhan, bukan pengetahuan Alkitab (Meja Roti Sajian) dan bukan kesaksian atau pekerjaan yang banyak (Pelita Emas).

Kita akan melihat betapa pentingnya pengertian tentang ibadah ini, dan ibadah memang harus sampai kepada puncaknya, yakni; Penyembahan / penyerahan diri sepenuh.
Dalam Wahyu 12: 7-9 Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga dan malaikat-malaikatnya, tetapi pada akhirnya, naga dan malaikat-malaikatnya kalah dan dilemparkan  ke bumi. Setelah mereka dikalahkan dan dilemparkan ke bumi, mari kita lihat reaksi mereka dalam Wahyu 12: 13.

Wahyu 12:13
(12:13) Dan ketika naga itu sadar, bahwa ia telah dilemparkan di atas bumi, ia memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu.

Ketika naga itu sadar bahwa ia telah dilemparkan ke bumi, maka ia segera memburu perempuan yang melahirkan anak laki-laki itu.
Siapa perempuan ini? Inilah gereja yang sudah mengandung dan sudah melahirkan anak laki-laki, bagaikan Tabut Perjanjian yang ada di dalam Ruangan Maha Suci, dengan mengandung tiga macam alat yang ada di dalamnya, yaitu:
1.     Buli-Buli Emas Berisi Manna, sama dengan; mengandung FIRMAN ALLAH.
2.     Tongkat Harun yang bertunas, sama dengan; mengandung ROH ALLH.
3.     Dua loh batu yang berisikan hukum Allah, sama dengan; mengandung KASIH ALLAH.
Posisi Tabut Perjanjian ada di dalam RUANGAN MAHA SUCI bersama-sama dengan doa penyembahan, mezbah pembakaran ukupan emas.

Jadi, kita mengambil kesimpulan: Hidup dalam doa penyembahan kedudukannya sama dengan Tabut Perjanjian, kedudukannya sama dengan mempelai Tuhan yang kepadanya diberikan dua sayap burung nasar yang besar.

Wahyu 12:14-15
(12:14) Kepada perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun, di mana ia dipelihara jauh dari tempat ular itu selama satu masa dan dua masa dan setengah masa. (12:15) Lalu ular itu menyemburkan dari mulutnya air, sebesar sungai, ke arah perempuan itu, supaya ia dihanyutkan sungai itu.

Kepada mempelai Tuhan diberikan sayap burung nasar yang besar, supaya diterbangkan ke padang belantara, jauh dari mata ular, untuk dipelihara di situ selama tiga setengah tahun. Inilah kelebihan dari pada mempelai Tuhan, sebab itu jangan kita asal beribadah seperti yang dibiasakan orang lain yang tidak mengerti pola Kerajaan Sorga.
Mempelai Tuhan itulah kerohanian yang sudah sampai pada Ruangan Maha Suci; doa penyembahan bersama-sama dengan Tabut Perjanjian, itulah gereja yang sempurna.

Kita bersyukur, kita mendapatkan pola di tengah kita menjalankan ibadah yang berpola Kerajaan Sorga. Jangan kita anti kepada pola Tabernakel, justru di situ kita bersyukur kepada Tuhan, sehingga dengan pola ini kita boleh mengerti tentang ibadah yang diukur oleh Tuhan.
Tadi kita sudah melihat; mezbah pembakaran ukupan sudah berada di dalam Ruangan Suci bersama dengan Tabut Perjanjian, berarti; menjadi mempelai Tuhan. Berbeda dengan dua alat lainnya, yaitu;
-       Meja roti sajian; mengerti firman.
-       Kaki dian emas; sibuk dalam pelayanan.
Ini adalah contoh / patron gereja yang tertinggal, karena ibadahnya tidak memuncak sampai doa penyembahan.

Jadi, sayap burung nasar yang besar itu diberikan kepada mempelai Tuhan. Siapa mempelai Tuhan?  Yaitu yang ibadahnya sudah sampai kepada penyembahan, tingkat rohaninya tidak jalan di tempat. Melainkan, menyerah terhadap kehendak Allah.

Wahyu 12:15
(12:15) Lalu ular itu menyemburkan dari mulutnya air, sebesar sungai, ke arah perempuan itu, supaya ia dihanyutkan sungai itu.

Ular naga itu menyemburkan dari mulutnya air sebesar sungai ke arah perempuan itu. Tujuannya: Supaya mempelai Tuhan dihanyutkan oleh sungai itu. Ini adalah tandingan dari sungai air kehidupan dalam Wahyu 22:1.
Setan memang selalu membuat tandingan. Sebagai contoh:
-       Allah bertakhta di Kerajaan Sorga, Setan juga membuat takhtanya sendiri... Yesaya 14.
-       Sampai pada akhirnya, gereja yang sempurna masuk dalam pesta nikah Anak Domba, juga Setan mengadakan pesta burung-burung, itulah yang disebut tubuh Babel... Wahyu 19:17-18.
Jadi, selalu ada tandingan, dan berusaha untuk menyamai dengan apa yang diperbuat oleh Allah, tetapi mempelai Tuhan tidak terkecoh. Inilah hebatnya Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel; memberi suatu pengertian yang heran dan ajaib sehingga kita tidak terkecoh dengan ajaran lain.
Walaupun dari mulut ular itu disemburkan air sebesar sungai, sebagai gambaran dari firman yang limpah, tujuannya untuk menghanyutkan, menenggelamkan, mematikan rohani dari anak-anak Tuhan.

Tetapi kita lihat; MEMPELAI TUHAN.
Wahyu 12:16
(12:16) Tetapi bumi datang menolong perempuan itu. Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya.

Apa yang menjadi pertolongan atas mempelai wanita Tuhan? Di sini kita melihat: “bumi datang menolong perempuan itu. Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya

Kita lihat yang dimaksud dengan BUMI dalam Kejadian 2.
Kejadian 2:6
(2:6) tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu --

“Ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu.
Kabut yang naik ke atas bumi, itulah doa penyembahan.

Sebelum ibadah kita memuncak sampai kepada doa penyembahan, kasih Allah sudah membasahi hati kita. Itu kemurahan yang tidak dimengerti oleh manusia, kemurahan yang tidak dimengerti di luar jangkauan manusia.
-       Siapa yang mengerti kalau akhirnya saudara tergembala dalam penggembalaan GPT “BETANIA” Serang Cilegon? Tidak ada yang mengerti.
-       Siapa yang tahu sebelumnya kalau kita tekun dalam tiga macam ibadah pokok? Tidak ada yang mengerti.
-       Siapa yang tahu sebelumnya bahwa puncak dari ibadah adalah doa penyembahan? Tidak ada yang mengerti.
Tetapi kasih Allah yang membasahi hati kita, itu yang menolong. Doa penyembahan inilah yang menolong mempelai wanita Tuhan.
Kita bersyukur, Tuhan Yesus baik, tak terselami jalan-jalan-Nya, sehingga kita tidak merasa asing dengan pola Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel.

Setelah perempuan itu ditolong dari mata ular naga, APA REAKSI DARI NAGA INI BERIKUTNYA?
Wahyu 12:17
(12:17) Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus.

Naga itu hanya bisa marah, jengkel saja, karena dia tidak bisa berbuat apa-apa kepada mempelai wanita Tuhan yang sudah berkemenangan oleh Tuhan lewat doa penyembahan. Naga itu marah sekali, akhirnya dia memerangi keturunannya yang lain, inilah gereja yang tertinggal, yaitu;
-       Yang memiliki kesaksian Yesus, berarti hidup dalam Roh.
-       Memiliki hukum-hukum Allah, berarti memiliki firman.
Tetapi kerohaniannya tidak sampai puncaknya, yaitu doa penyembahan, inilah yang menjadi sasaran dari pada ular naga.

Kita bersyukur;
-       Kita sudah mengerti firman.
-       Kita diberi kesempatan untuk melayani pekerjaan Tuhan (kegiatan Roh).
Tetapi tidak berhenti sampai di situ; Kerohanian kita harus memuncak sampai kepada doa penyembahan.
Gereja Tuhan dipelihara oleh Tuhan selama 3.5 (tiga setengah) tahun, tetapi gereja yang tertinggal menjadi sasaran dari mata ular naga yang hanya memiliki hukum-hukum Allah dan kesaksian Roh, namun rohaninya tidak memuncak sampai kepada doa penyembahan.
Ternyata, orang yang mengerti firman masih bisa mempertahankan sifat manusiawi, dan hidup di dalam Roh juga masih bisa mempertahankan sifat manusiawi, terikat dengan perkara lahiriah. Tetapi kalau sudah hidup dalam penyembahan, berarti sudah menyerah secara total, menyerah terhadap kehendak Allah, di situ tidak terlihat lagi kehendak daging. Inilah ibadah yang diukur oleh Tuhan, sedangkan gereja yang tertinggal diserahkan kepada antikris.

Lukas 21:20
(21:20) "Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat.

Kalau pembinasa keji sudah berdiri di tempat kudus, ketahuilah bahwa keruntuhannya sudah dekat.

Lukas 21:23-24
(21:23) Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, (21:24) dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu."

Gereja yang mengalami celaka, antara lain:
1.     Ibu-ibu yang sedang hamil, menunjuk; hamba-hamba Tuhan yang memiliki azas-azas pertama, ajaran tentang kebenaran Kristus.
2.     Ibu-ibu yang sedang menyusukan bayinya, menunjuk; hamba-hamba Tuhan yang baru bertobat.
Mereka akan tewas oleh pedang dan menjadi tawanan ke segala bangsa, itulah bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, itulah antikris, pembinasa keji.

Kemudian, Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa, yaitu aniaya antikris selama 3.5 (tiga setengah) tahun.
Jadi, doa penyembahan itu harus disertai dengan penyerahan diri sepenuh dan dalam dipimpin oleh Roh Kudus sepenuhnya.

Zakharia 12:10
(12:10) "Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung.

Tuhan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, sehingga mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam.

Jadi, sudah jelas di sini bahwa; Roh Allah yang akan memimpin kita untuk menyerahkan diri sepenuhnya. Penyembahan atau penyerahan diri dipimpin oleh Roh Tuhan sepenuhnya. Penyembahan itu bagaikan penyerahan Yesus ketika Ia ditikam dan mati di kayu salib. Penyerahan semacam ini adalah penyerahan yang disertai dengan pimpinan Roh Tuhan. Tanpa Roh Tuhan kita tidak bisa menyerah untuk memuliakan Tuhan, tetapi oleh roh pengasihan dan roh permohonan ini, penyerahan kita menjadi sempurna kepada Tuhan.

Biasakan diri untuk merawat Roh Tuhan. Jangan buat Dia berduka. Kapan Dia berduka? Saat hidup menurut daging, mati rohani. Jangan padamkan Roh; sudah tahu, tetapi pura-pura tidak tahu. Ini berbahaya sekali.

Roma 8:26-27
(8:26) Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. (8:27) Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.

Doa penyembahan kita disertai penyerahan diri sepenuh dan dipimpin sepenuhnya oleh Roh Tuhan.

Inilah ibadah yang diukur oleh Tuhan, sedangkan dua ibadah lain, itulah pelita emas dan meja roti sajian, ialah dua alat yang tertinggal, patron dari gereja yang tertinggal, menjadi sasaran dari mata ular naga, yang nanti akan diserahkan kepada bangsa-bangsa lain, itulah bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, disebut dengan antikris, disebut juga pembinasa keji, menjadi tawanan selama 3.5 (tiga setengah) tahun.
Siapa yang bisa bertahan dengan aniaya antikris? Tidak ada yang bisa kuat. Disinggung sedikit saja sudah tersinggung, maka kalau tidak dari sekarang kita belajar untuk hidup dalam penyerahan diri, kita tidak akan bisa bertahan terhadap aniaya antikris.

Tuhan sudah berikan ibadah doa penyembahan sebagai puncak ibadah, kita patut bersyukur. Ibadah doa ini adalah jalan satu-satunya untuk memimpin kehidupan kita dalam penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan.

Mazmur 141:2
(141:2) Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang.

Doa penyembahan merupakan tanda penyerahan diri kita sepenuhnya, yang selanjutnya dipimpin oleh Roh Tuhan.
Sekarang kita sudah mengerti ibadah yang diukur oleh Tuhan. Kita patut bersyukur kepada Tuhan, karena Tuhan Yesus baik kepada kita sekaliannya. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


ukuran tingkat rohani gereja Tuhan
bukan pengetahuan Alkitab
bukan kesaksian atau pekerjaan yang banyak

menyerah terhadap kehendak Allah  lewat doa penyembahan
merupakan puncak ibadah yang membawa kerohanian kita berada di dalam hadirat Tuhan

No comments:

Post a Comment